Makassar, (ANTARA News) - Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) asal berbagai negara Eropa dan Asia mengaku takjub melihat keaslian Taman Wisata Alam (TWA) dan permandian air terjun Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, namun beberapa diantaranya menyayangkan museum kupu-kupu dalam kawasan itu yang kurang terawat. "Mereka rata-rata terkesan dan takjub melihat keaslian taman wisata ini, meski ada pula yang mengkritik perawatan museum kupu-kupu yang tampak kurang terurus," kata H Haming, penanggungjawab pelayanan kasawan wisata TWA Bantimurung di Maros, Rabu (22/3). Menurut Haming, sebanyak 108 orang wisman mengujungi obyek wisata yang terletak 45 km Utara Makassar itu. Mereka tampak sangat menikmati keindahan alam TWA itu dan mengambil banyak gambar di tempat itu. "Ini menjadi sejarah bagi TWA Bantimurung karena dalam sehari saja bisa dikunjungi 108 turis asing. Padahal biasanya dalam sebulan, utamanya pada bulan-bulan sepi pengunjung, wisman hanya sekitar 16 hingga 25 orang, dan pada saat ramai dalam sebulan hanya sekitar 100 orang," ujarnya. Haming mengaku bahwa museum kupu-kupu itu memang kurang mendapat perawatan setelah kegiatan penelitian tidak berjalan baik selama beberapa tahun terakhir. "Kritikan para wisman itu akan menjadi cambuk bagi kami untuk merawat dengan baik museum itu, karena ternyata mencapat cukup perhatian dari para pengunjung," ujarnya. Turis yang mengunjungi Bantimurung tersebut adalah bagian dari 600 orang wisman asal Eropa dan Asia yang tiba di Makassar Selasa dengan menumpang kapapl periar Maxim Gorkiy. Selain mengunjungi Bantimurung, juga ke tempat-tempat wisatadan budaya di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Di Bantimurung, lanjut Haming, mereka melihat keindahan air terjun, mengunjungi gua mimpi dan museum kupu-kupu. Selama Januari-Februari 2006, Bantimurung baru dikunjungi 50 wisman, sedang selama Maret ini tercatat sudah 150 wisman. Tahun 2005, obyek wisata andalan Sulsel ini dikunjungi sebanyak 451 wisman non travel dan 1.268 orang wisman via travel.(*)

Copyright © ANTARA 2006