New York (ANTARA) - Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memberikan kembali beberapa keuntungan yang dibuatnya setelah laporan pekerjaan AS yang kuat akhir pekan lalu, karena investor menunggu data inflasi untuk petunjuk lebih lanjut tentang langkah Federal Reserve.

Pertumbuhan pekerjaan AS yang jauh lebih kuat dari perkiraan pada Juli pada Jumat (5/8/2022), mengangkat tingkat pekerjaan di atas tanda pra-pandemi dan menenangkan kekhawatiran bahwa ekonomi berada dalam resesi. Investor membaca data sebagai indikasi The Fed bisa menaikkan suku bunga lebih agresif untuk memerangi inflasi.

Suasana optimis dibawa ke Senin (8/8/2022), dengan saham Eropa naik dan pasar saham Amerika Utara dibuka lebih tinggi sebelum mundur kembali dalam perdagangan berombak karena perhatian investor beralih ke laporan laba perusahaan.

"Kami melihat beberapa pelemahan dolar secara luas karena getaran risiko cukup ringan," Erik Bregar, direktur manajemen risiko valas & logam mulia di Silver Gold Bull, mengatakan tentang mata uang safe haven.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang safe haven terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,17 persen menjadi 106,4360, dibandingkan dengan tertinggi 10 hari pada Jumat (5/8/2022) di 106,930.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga melemah setelah melonjak pada Jumat (5/8/2022), sementara para pedagang memperkirakan peluang 69 persen untuk Fed menaikkan suku sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuan September, menurut data Refinitiv.

Pasar menantikan data inflasi AS untuk Juli, yang akan dirilis pada Rabu (10/8/2022). Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi tahunan telah berkurang menjadi 8,7 persen pada Juli dari 9,1 persen bulan sebelumnya.

"Dengan penurunan dolar yang tidak bertepatan dengan perkiraan ulang dovish di pasar uang AS, tampaknya batasan untuk reli dolar yang diinduksi IHK sedang diturunkan hari ini," kata Simon Harvey, kepala analisis valas di Monex Eropa.

Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada Sabtu (6/8/2022) bahwa bank sentral AS harus mempertimbangkan lebih banyak kenaikan 75 basis poin pada pertemuan mendatang untuk menurunkan inflasi.

"Dolar AS telah didukung oleh kombinasi rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dan komentar hawkish dari presiden Fed regional yang telah mendorong pelaku pasar untuk mendorong kembali ekspektasi untuk poros kebijakan dovish dari Fed," analis mata uang MUFG Derek Halpenny dan Lee Hardman mengatakan dalam catatan untuk klien.

Inflasi yang tinggi dikombinasikan dengan pembacaan pasar tenaga kerja Jumat (5/8/2022) dapat mendorong pasar untuk sepenuhnya memperkirakan 75 basis poin dari kenaikan Fed untuk September, menurut Tim Graf, kepala strategi makro EMEA di State Street.

Mata uang yang dilihat sebagai barometer risiko, seperti dolar Australia dan Selandia Baru, memperoleh keuntungan, dengan Aussie naik 0,97 persen pada 0,6978 dolar AS dan Kiwi naik 0,62 persen pada 0,62825 dolar AS.

Dolar turun 0,12 persen terhadap yen, dengan pasangan tersebut berpindah tangan di 134,835.

Imbal hasil obligasi zona euro turun kembali setelah naik menyusul data pekerjaan pada Jumat (5/8/2022). Obligasi Italia tampaknya menepis keputusan Moody's untuk menurunkan prospek peringkat Italia.

Euro turun tipis 0,07 persen menjadi 1,01865 dolar. Pound Inggris sedikit menguat 0,02 persen menjadi 1,2075 dolar.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss - yang diperkirakan akan menggantikan Boris Johnson sebagai perdana menteri bulan depan - mengatakan dia berencana untuk mengadakan tinjauan terhadap bank sentral Inggris.

Baca juga: Rupiah menguat di tengah optimisnya data tenaga kerja AS
Baca juga: Emas kembali di atas level 1.800 dolar, ditopang pelemahan "greenback
Baca juga: Minyak melonjak hampir dua persen didorong data ekonomi yang kuat

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022