Dengan volatilitas dan penguatan dolar AS, terjadi aliran modal asing keluar dan kita lihat untuk Indonesia juga menghadapi sama dengan emerging market atau pasar berkembang
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan dana asing bersih sebesar 50 miliar dolar AS atau setara Rp738 triliun keluar dari pasar obligasi negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, sejak Januari hingga 10 Agustus 2022.

"Dengan volatilitas dan penguatan dolar AS, terjadi aliran modal asing keluar dan kita lihat untuk Indonesia juga menghadapi sama dengan emerging market atau pasar berkembang," kata Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: APBN KITA Agustus 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan keluarnya dana asing dari negara-negara pasar berkembang tentunya akan meningkatkan imbal hasil atau yield serta biaya dana atau cost of fund dari negera-negara tersebut.

Untuk Indonesia sendiri, aliran modal asing yang keluar dari pasar obligasi Tanah Air tercatat mencapai Rp69 triliun sejak Januari sampai Agustus 2022, yang mempengaruhi yield dari Surat Berharga Negara (SBN) RI.

Baca juga: Sri Mulyani sebut porsi investor asing di SBN anjlok jadi 16,42 persen

Baca juga: BI: Aliran modal asing keluar 2 miliar dolar AS memasuki triwulan III

Namun Sri Mulyani mengungkapkan lantaran SBN Indonesia yang dipegang oleh asing saat ini hanya memiliki porsi 15,57 persen, pengaruh modal asing keluar menjadi relatif bisa diminimalkan, meski tetap terpengaruh. Adapun perbankan dan Bank Indonesia masih mendominasi kepemilikan surat utang negara saat ini.

Jika dibandingkan dengan tahun 2019 saat asing masih memegang 38 persen SBN RI, dampak guncangan aliran modal asing keluar akan jauh lebih besar. Dengan demikian, pendalaman pasar keuangan sangat diperlukan untuk stabilisasi pasar keuangan di Tanah Air.

"Makin banyak orang Indonesia yang berinvestasi SBN, pasar keuangan domestik semakin dalam dan tebal sehingga kalau terjadi guncangan seperti sekarang maka guncangan itu relatif tidak menimbulkan gelombang yang besar bagi instrumen keuangan kita. Ini pekerjaan rumah yang akan terus dilakukan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan," kata Sri Mulyani.

Di sisi lain ia mengatakan spread atau jarak SBN RI dengan obligasi AS relatif terjaga di level 433 basis poin (bps)atau semakin menyempit dibandingkan pada awal tahun 2022 yang sebesar 473 bps, di tengah pasar keuangan yang volatil.

Baca juga: Dana ekuitas global alami arus keluar masif, khawatir ekonomi melambat

Baca juga: Saham negara berkembang naik, setelah pertumbuhan inflasi AS melemah






 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022