Taipei (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Taiwan pada Sabtu menyampaikan ucapan "terima kasih yang tulus" kepada Amerika Serikat (AS) karena telah mengambil "tindakan nyata" untuk menjaga keamanan dan perdamaian di Selat Taiwan dan sekitarnya.

Koordinator Indo-Pasifik AS Kurt Campbell, Jumat (12/8), mengatakan China "bereaksi berlebihan" terhadap kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. 

Kunjungan tersebut memicu latihan perang berhari-hari oleh Beijing di sekitar pulau itu, yang dianggap oleh China sebagai wilayahnya.

Kementerian luar negeri Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu bahwa "intimidasi militer dan ekonomi China yang tidak beralasan" justru lebih memperkuat persatuan dan ketahanan kubu demokrasi global.

Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada Kamis (11/8) bahwa ancaman kekuatan China tidak kunjung surut, meski latihan militer terbesar Beijing di sekitar pulau itu, setelah kunjungan Pelosi minggu lalu, tampaknya akan mereda.

Pada rapat umum pada Sabtu di Taiwan selatan untuk pemilihan lokal yang dijadwalkan akhir November, Tsai mengatakan mereka tidak hanya akan menghadapi tantangan dari kandidat saingan, "tetapi juga tekanan dari China".

"Warga Taiwan sangat antusias dan mencintai kebebasan dan demokrasi, sangat banyak sahabat internasional yang baik datang ke Taiwan untuk mendukung kami. Ini adalah hal yang normal dan baik, tetapi China mengancam dan mengintimidasi Taiwan," katanya.

"Namun, saya ingin kembali meyakinkan semua orang bahwa pemerintah dan militer kita siap, dan saya pasti akan menjaga Taiwan."

Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa, karena Republik Rakyat China tidak pernah memerintah pulau itu, mereka tidak punya hak untuk mengeklaimnya atau memutuskan masa depan Taiwan, yang hanya dapat ditentukan oleh rakyat Taiwan sendiri.

Pemerintah Republik China nasionalis melarikan diri ke Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan Partai Komunis pimpinan Mao Zedong, yang kemudian mendirikan Republik Rakyat China di Beijing.

Sejak itu, China daratan tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan, yang diperintah secara demokratis, agar kembali di bawah kendali mereka.

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Singapura peringatkan risiko dari ketegangan AS-China

Baca juga: Ketua DPR AS Pelosi tiba di Taiwan, picu kemarahan China


 

Kapal patroli maritim terbesar di Selat Taiwan beroperasi di Fuzhou

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022