mikroplastik adalah potongan kecil berukuran kurang dari 5 milimeter yang dapat mencemari lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya
Jakarta (ANTARA) -
Prof Sunardi dari Centre for Environment and Sustainability Science (CESS) Universitas Padjajaran (Unpad) mengatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut terkait bahaya mikroplastik khususnya dampaknya terhadap kesehatan manusia.
 
"Beberapa penelitian menjelaskan efek negatif sampah mikroplastik bagi kesehatan manusia, antara lain mengganggu sistem saraf, memunculkan gangguan hormone dan kekebalan tubuh, hingga paling parah meningkatkan resiko kanker. Ini perlu penelitian lanjutan," katanya pada kursus online terkait Analisis Mikroplastik di Bandung, Kamis.

Pada siaran pers Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) yang diterima di Jakarta, Kamis, Sunardi mengatakan, mikroplastik adalah potongan kecil berukuran kurang dari 5 milimeter yang dapat mencemari lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya. Bahaya mikroplastik ini telah banyak ditemukan mencemari sungai-sungai di Indonesia.

Sementara Direktur eksekutif CSEAS Dr Arisman mendukung pendapat Prof Sunardi, di mana negara-negara ASEAN sudah mempunyai ASEAN Regional Action Plan for Combatting Marine Debris yang dalam dokumennya menjelaskan perlunya penelitian tentang mikroplastik secara regional khususnya ASEAN.

"Empat negara termasuk: China, Indonesia, Filipina, dan Vietnam adalah kontributor terbesar polusi plastik laut global, di mana tiga adalah negara anggota ASEAN," katanya.

Ia menjelaskan, mikroplastik seringkali mengalir secara langsung maupun tidak langsung ke lingkungan perairan seperti sungai dan danau, dan akhirnya masuk ke laut.

Sekitar delapan juta ton sampah plastik dari daratan dilaporkan memasuki lautan setiap tahun atau setara dengan 15 ton sampah per menit.

Menurut Arisma, industrialisasi yang pesat dan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN dalam dekade terakhir, otomatis diikuti dengan peningkatan konsumsi dan memunculkan potensi timbulan sampah yang sangat besar tidak terakomodir dengan baik oleh pengembangan pengelolaan dan infrastruktur sampah yang efektif.

Oleh karena itu, CSEAS bekerjasama dengan CESS Universitas Padjadjaran d bawah Proyek Kerjasama ASEAN-Norwegia tentang Peningkatan Kapasitas Lokal untuk Mengurangi Polusi Plastik di kawasan ASEAN (ASEANO) mengadakan kursus online terkait Analisis Mikroplastik dengan tujuan untuk peningkatan kapasitas bagi para ahli mikroplastik.

"Kursus itu online itu untuk memperkuat penggunaan analisis mikroplastik dan untuk meningkatkan pengetahuan para pakar di Indonesia," katanya.

Pada acara itu Dr Rachel Hurley dari Norwegian Institute of Water Research (NIVA) menjelaskan metode dan analisis mikroplastik yang mencemari perairan.

Ia juga bersedia untuk bekerja sama dengan lembaga riset atau universitas di Indonesia dalam rangka harmonisasi metode dalam bentuk kegiatan Interlaboratory Comparison (ILC).

Mikroplastik tidak hanya mencemari lingkungan saja, tetapi juga dapat mengganggu ekosistem di darat dan di laut. Bahkan, saking kecilnya ukuran sampah mikroplastik, tidak menutup kemungkinan bahwa sampah ini dapat terkonsumsi secara tidak sengaja oleh manusia, melalui hewan atau tumbuhan yang hidup di ekosistem yang tercemar.
Baca juga: Rebricks produksi paving block dari hasil daur ulang sampah plastik
Baca juga: Pengurangan sampah plastik tanggung jawab bersama
Baca juga: Kota Semarang dibiayai USAID untuk program pengurangan sampah plastik

 

Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022