Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan negaranya menjadikan dialog dengan dunia Islam sebagai proritas utama kebijakan luar negeri negaranya. Pernyataan Putin itu disampaikan dalam pesan tertulis singkatnya yang dibacakan oleh Ketua sidang Dialog Rusia-Dunia Islam, EM Primakov, di Moskow, Rusia, Senin. Dikatakannya, Rusia memiliki sejarah panjang dalam hubungannya dengan Islam, karena itu hubungan itu akan terus ditingkatkan baik di berbagai bidang, seperti ekonomi, Iptek dan kebudayaan. Pertemuan tokoh Islam tersebut dibuka oleh Primakov, mantan PM Rusia di era Boris Yeltsin dan kini menjadi Ketua Kamar Dagang Rusia. Pertemuan dihadiri oleh 17 tokoh Islam dari 17 negara, seperti dari Saudi, Kuwait, Jordan, Bangladesh, Pakistan dan Indonesia. Sementara Mufti Rusia Sheik Ravil Gaynutdin mengatakan pihaknya menjadi saksi perubahan arah kebijakan pemerintah Rusia yang kini memberi perhatian lebih baik kepada dunia Islam. Langkah konkrit yang dilakukan pemerintah Rusia adalah menjadi anggota tetap sidang OKI (Organisasi Konferensi Islam), mengakui kepemimpinan Hamas di Palestina dan terakhir menjadi inisiator dialog Rusia dengan dunia Islam. EM Primakov dalam pengantarnya menjelaskan maksud pertemuan itu antara lain mengembangkan kemitraan strategis dengan Dunia Islam untuk ikut mengatasi problematika dunia yaitu terorisme global dan berbagai macam konflik. "Terorisme jelas tidak ada kaitan dengan Islam dan tidak boleh dikaitkan dengan agama tertentu. Terorisme harus kita perangi tapi tidak dengan menggunakan teror itu sendiri," katanya. Ketua Kamar Dagang Rusia itu juga menilai upaya mendesakan demokrasi liberal atas negara lain, khususnya di Dunia Islam, juga ikut menciptakan ketegangan bahkan konflik antar kelompok. Oleh karena itu, kata Primakov, Rusia dan Dunia Islam harus bekerjasama utk mengembangkan dialog dan kerjasama antar peradaban. Din Syamsuddin, satu-satunya wakil dari Indonesia dalam pidatonya mengatakan bahwa pertemuan itu selain penting dan strategis juga tepat waktu karena berlangsung saat dunia menuntut kerjasama para orang bijak dari negara-negara cinta damai dan berkeadilan untuk berjuang membangun tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mengatakan bahwa problematika yang dihadapi umat manusia dewasa ini tidak hanya terorisme yang merupakan kejahatan kemanusiaan dan peradaban, tetapi sejatinya adalah kerusakan dunia yang akumulatif. Untuk itu diperlukan ikhtiar kolektif untuk mengatasinya dengan mengedepankan pentingnya tanggung jawab kemanusiaan (human responsibility) selain HAM, sebagai instrumen utk menciptakan keseimbangan global (global equilibrium) guna menghadapi kecenderungan hegemonik dari adikuasa dunia selama ini. Sementara anggota delegasi Rusia Dr Shamil Z Sultanov mengatakan kaum muslim harus tetap mengembangkan solidaritas. Dia menilai solidaritas itu masih terlihat baik ketika tokoh-tokoh muslim menyikapi kartun yang menghina Nabi Muhammad. Sejumlah kalangan menilai perlunya dialog permanen antara Rusia dan dunia Islam sehingga diyakini akan ada pertemuan lanjutan di masa mendatang. Sementara Tokoh Islam dari Iran Ayatollah Taskhiry menegaskan bahwa konfrontasi bukanlah cara terbaik untuk menyelesai suatu masalah. Cara yang terbaik, menurut Ulama berpengaruh di Iran itu, adalah berdialog. Dia juga mengingatkan bahaya dominasi suatu budaya atas budaya lain termasuk memaksakan paham dan nilai-nilai atas nama demokrasi, liberalisasi dan globalisasi. Sebelum ditutup Selasa (28/3), pertemuan akan melahirkan sebuah komunike bersama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006