saya terkesan ketika melihat data tentang kesuksesan vaksinasi COVID-19 di Indonesia
Bali (ANTARA) - Dirjen Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi (IFPMA) Thomas Cueni terkesan dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang diraih Indonesia dalam upaya melindungi masyarakat dari risiko kesakitan akibat infeksi SARS-CoV-2.

"Saya terkesan ketika melihat data tentang kesuksesan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dan saya berharap lebih banyak masyarakat Swiss mendapat suntikan vaksin dosis penguat seperti di Indonesia," kata Thomas Ceuni dalam konferensi pers 3rd Health Working Group (HWG) di Nusa Dua, Bali, Senin.

IFPMA adalah asosiasi perdagangan yang mewakili perusahaan farmasi di seluruh dunia yang dibentuk pada tahun 1968 dan berbasis di Jenewa, Swiss.

Thomas mengatakan lima anggota perusahaan IFPMA telah berkontribusi dalam upaya percepatan pemulihan pandemi dengan memasok 80 persen lebih kebutuhan vaksin secara global melalui fasilitas COVAX.

Thomas menyampaikan selamat kepada Pemerintah Indonesia atas keberhasilan tersebut dan memuji peran Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memimpin G20 bidang kesehatan dalam mewujudkan kesetaraan akses vaksin, pengobatan, dan alat kesehatan global.

Baca juga: 5 negara G20 kolaborasi bangun pusat manufaktur vaksin
Baca juga: 3rd HWG bahas pengembangan vaksin dan diagnostik berkeadilan

Thomas tertarik menjalin kerja sama penelitian dan pengembangan manufaktur farmasi yang lebih beragam dengan Indonesia. Ia menilai Indonesia memiliki kondisi geografis yang lebih baik.

Pada agenda yang sama, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada dua strategi untuk mewujudkan jejaring negara berkembang dengan negara yang menjadi pusat penelitian vaksin dan manufaktur farmasi.

Pertama, membangun kesepakatan antara negara-negara berkembang untuk membangun hub virtual. "Jadi kami telah memiliki perjanjian dengan India, Afrika Selatan, Argentina dan Brazil untuk bekerja sama sebagai setengah dari negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk penelitian dan kapasitas manufaktur," katanya.

Setelah ada kesepakatan di antara negara berpenghasilan rendah, kata Budi, kesepakatan diperluas pada negara-negara berkembang melalui transfer teknologi.

"Jika mereka ingin berbagi keahlian teknis, tidak hanya teknologi, tetapi juga pengetahuan. Itu adalah hal-hal yang kami kerjakan dalam pertemuan ini. Tapi tentu saja, output-nya akan diketahui setelah pertemuan nanti," katanya.

Baca juga: TIIWG G20 sepakat percepat arsitektur pemulihan kesehatan global

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022