Tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan Internet of Things (IoT) serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) optimistis konsolidasi menara grup Telkom dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan langkah konsolidasi itu dapat membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnis, apalagi Mitratel sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi yang terbesar di Asia Tenggara.

“Tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan Internet of Things (IoT) serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi di Indonesia," kata Hartoko dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Mitratel memiliki 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6.000 menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas berada di luar Jawa.

Hartoko menyampaikan bahwa pihaknya menyediakan solusi total melalui skema bundling yang terdiri dari tower leasing, connectivity, dan power to tower menjadikan Mitratel memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.

"Kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32 persen menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” ujarnya.

Lebih lanjut Hartoko menuturkan pasca akuisisi menara Telkomsel, Mitratel lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.

“Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar, sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.

Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi, yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.

"Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” kata Ririek.

Lebih lanjut ia menambahkan langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari lima strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target, antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar dengan valuasi Rp500 triliun sampai Rp700 triliun, unlocking bisnis serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah penggabungan bisnis menara pada anak usaha Telkom dinilai tepat. 

Ia menjelaskan strategi bisnis akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.

Hal ini terlihat ke depan pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler.

Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi grup Telkom serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor.

“Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” kata Kartika.

Kartika menyatakan Undang-Undang Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing).

Selain menara juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.

Baca juga: Punya 34.800 tower, Mitratel mulai tawarkan skema bisnis ke operator

Baca juga: Mitratel bukukan pendapatan Rp3,72 triliun pada semester I-2022

Baca juga: Saham Mitratel jadi anggota baru indeks IDX80 dan Kompas100

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022