Jakarta (ANTARA) - Pemerhati pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhamamd Nur Rizal mengatakan sekolah harus mendapatkan kesempatan yang setara dalam meningkatkan pembelajaran .

“Sekolah perlu mendapatkan kesempatan yang setara dan diperlakukan sama, baik sekolah besar, favorit, atau tidak, Tidak dibeda-bedakan oleh takaran sumber daya infrastruktur, guru, dan muridnya,” ujar Rizal dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan pihaknya melalui GSM membangkitkan kembali semangat Taman Siswa yang merupakan warisan Ki Hajar Dewantara untuk mnejadikan generasi yang tumbuh menjadi dirinya sendiri, memiliki kemandirian berpikir dan jiwa yang merdeka.

Terdapat tiga hal yang dibangun di dalam komunitas GSM. Pertama, adanya ruang kemandirian bagi setiap guru dan kepala sekolah untuk membentuk jiwa-jiwa yang merdeka dalam membuat kurikulum sekolahnya sendiri, dan perencanaan pembelajaran sendiri yang disesuaikan kebutuhan serta keunikan muridnya.

Kemudian, peningkatan kapasitas diri setiap guru dalam hal profesionalisme, kompetensi, karakter, dan pola pikir. Selanjutnya, aktivitas bertukar praktik baik para guru dalam mengajar agar tercipta kualitas mengajar sebaik mungkin.

Baca juga: Pemerhati sebut karakteristik kurikulum merdeka fokus pembelajaran

“Kami memiliki ideologi Sekolah 0.4, membangunkan spirit sekolah dengan kembali mendidik manusia agar siswa menemukan versi terbaiknya,” terang dia lagi.

Terdapat empat hal yang menjadi penanda Sekolah 0.4. Pertama, sekolah berfokus membangun kesadaran diri siswa dan guru melalui proses dialog, refleksi, dan introspeksi untuk mengenali diri, mengelola diri, sekaligus menemukan tujuan moral hidup dalam konteks sosial.

Kedua, membangun budaya ekosistem sekolah positif yang memberi rasa aman dan membuat siswa tertarik serta antusias dalam belajar secara aktif.

Ketiga, membangun penalaran kritis dan kreatif agar siswa mampu membentuk pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata dengan menemukan persoalan, sekaligus mencari solusi secara mandiri.

Keempat, pendidikan yang investigatif terhadap kehidupan nyata dan sosial sehingga siswa tidak hanya pintar dan siap menjadi tenaga kerja terampil, tetapi juga membangun kecerdasan kewarganegaraan agar terlibat aktif dalam perubahan global yang cepat.

“Untuk itu, Sekolah 0.4 menyasar sekolah-sekolah pinggiran agar perubahan dapat dimulai dari sana sebagai bentuk pemihakan GSM pada kaum pinggiran. Sekolah 0.4 sebagai sekolah masa depan artinya GSM mengajak untuk menyiapkan manusia menjadi pengendali utama atas ambisi kemajuan teknologi saat ini, bukan justru dikendalikan oleh algoritma digital,” imbuh Rizal.

Pegiat komunitas GSM Kota Yogyakarta, Sarmidi, mengatakan pihaknya mendidik berdasarkan keanekaragaman anak-anak dan penanaman budi pekerti.

”GSM menggunakan pendekatan sangat tepat dan bagus dengan pembelajaran untuk memanusiakan manusia,” kata Sarmidi.

Baca juga: GSM dorong sekolah menyenangkan jadi budaya baru

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022