Rabat (ANTARA) - Pemerintah Maroko menarik duta besar untuk Tunisia pada Jumat (26/7) sebagai protes setelah Presiden Tunisia Kais Saied menerima pemimpin Front Polisario, gerakan kemerdekaan Sahara Barat --wilayah yang dianggap Maroko sebagai miliknya.

Maroko menegaskan keputusan Tunisia mengundang pemimpin tersebut, Brahim Ghali, ke pertemuan puncak Pembangunan Jepang untuk Afrika di Tunis akhir pekan ini adalah "tindakan serius dan belum pernah terjadi sebelumnya yang sangat melukai perasaan rakyat Maroko".

Perselisihan tersebut membuka front baru dalam serangkaian perselisihan atas Sahara Barat, yang telah menyeret Spanyol dan Jerman dan meningkatkan persaingan regional antara Maroko dan Aljazair, pendukung utama Polisario.

Tunisia tahun ini lebih condong ke Aljazair, tetangga dengan populasi terpadat dan salah satu sumber energi bagi Tunisia. 

Kedekatan hubungan antara kedua negara itu ditandai dengan pertemuan Saied dengan Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune pada Juli.

Tunisia akhir pekan ini menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Tokyo tentang Pembangunan Afrika, yang akan dihadiri kepala negara dari beberapa negara Afrika.

Sebagai tanggapan atas keputusan Maroko tersebut, Tunisia juga mengumumkan penarikan duta besarnya di Rabat untuk konsultasi.

Kementerian Luar Negeri Tunisia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu bahwa mereka tetap mempertahankan "netralitasnya atas masalah Sahara Barat sesuai dengan legitimasi internasional".

Menurut Tunisia, Uni Afrika telah mengedarkan memorandum yang mengundang semua anggota Uni Afrika, termasuk kepala gerakan Front Polisario, untuk berpartisipasi dalam kegiatan Konferensi Internasional Tokyo tentang KTT Pembangunan Afrika di Tunisia.

Presiden Komisi Afrika juga sudah menyampaikan undangan individu langsung kepada Brahim Ghali untuk menghadiri KTT, bunyi pernyataan itu.

Presiden Senegal Macky Sall, yang saat ini menjadi ketua Uni Afrika, dijadwalkan untuk berbicara dalam pertemuan tersebut.

Uni Afrika mengakui Sahara Barat sebagai anggota, tetapi negara-negara Afrika terpecah atas masalah Polisario dan kemerdekaan wilayah tersebut.

Dalam pernyataan singkat kementerian luar negeri, Maroko mengatakan tidak akan lagi ambil bagian dalam KTT tersebut.

Maroko juga menuduh Tunisia baru-baru ini "meningkatkan posisi negatif" terhadap pihaknya, dan keputusan Tunisia untuk mengundang Ghali "menegaskan permusuhan secara terang-terangan".

Mendapatkan pengakuan atas kedaulatan di Sahara Barat telah lama menjadi tujuan kebijakan luar negeri Maroko yang paling utama.

Pada 2020, Amerika Serikat mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat sebagai imbalan kesediaan Maroko menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel.

Sumber: Reuters

Baca juga: Aljazair tangguhkan perjanjian persahabatan, kerja sama dengan Spanyol

Baca juga: Pompeo: AS buka konsulat di Sahara Barat


 

6.000 imigran Maroko renangi lautan jangkau Spanyol

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022