Beijing (ANTARA) - China berupaya meningkatkan dukungan untuk menjamin penghidupan warga yang berada dalam kesulitan, menawarkan bantuan sosial dengan lebih banyak cakupan dan dana.

Jumlah warga China yang membutuhkan bantuan meningkat akibat epidemi COVID-19 dan bencana alam, ujar Yang Yinkai, pejabat Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, dalam konferensi pers pada Jumat (26/8).

Dia mengatakan bahwa warga yang mengalami kesulitan pasti merasakan tekanan dari melonjaknya harga, kendati fluktuasinya ringan.

Akibat tekanan inflasi impor, kenaikan harga daging babi yang bersifat musiman, dan unsur basis yang rendah (low base effect) pada periode yang sama tahun lalu, indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) China meningkat 1,8 persen pada tujuh bulan pertama 2022.

Indeks tersebut kemungkinan akan tercatat di angka yang sedikit lebih tinggi pada sisa tahun ini dan kuartal pertama tahun depan, papar Yang.

China mampu memenuhi target inflasinya yang berjumlah sekitar 3 persen tahun ini dengan upaya berkelanjutan untuk memperkuat sistem produksi, pasokan, penyimpanan, dan pemasaran komoditas-komoditas utama, papar Yang, seraya menambahkan bahwa serangkaian kebijakan bantuan untuk mendukung warga yang membutuhkan sudah diterapkan.

Sebelumnya pada bulan ini, rapat eksekutif Dewan Negara China memutuskan untuk menyesuaikan mekanisme peningkatan tunjangan sosial secara proporsional dengan kenaikan harga dari September 2022 hingga Maret 2023, menawarkan cakupan yang lebih tinggi.

Selain tujuh kelompok yang ada, termasuk warga yang hidup dengan tunjangan penghidupan dan anak yatim piatu, mekanisme itu juga akan mencakup mereka yang menerima subsidi pengangguran dan warga yang mendekati ambang batas kelayakan untuk menerima tunjangan subsisten.

Kebijakan yang diperluas itu akan memberikan manfaat kepada tambahan 9 juta warga, sehingga total populasi warga kurang beruntung yang memperoleh bantuan sosial di China bertambah menjadi 67 juta.

Salah satu pemicu mekanisme itu, yakni peningkatan CPI secara tahunan (year on year/yoy) setiap bulannya, akan diturunkan dari 3,5 persen menjadi 3 persen. Ini berarti warga di lebih banyak daerah dapat menerima subsidi untuk menjamin subsisten dasar.

Penyesuaian itu kemungkinan akan meningkatkan jumlah subsidi bagi warga yang kesulitan sebesar 7 miliar yuan (1 yuan = Rp2.164) dalam periode tersebut saat penyesuaian itu mulai diberlakukan. China akan menyediakan subsidi pendanaan daerah berdasarkan peningkatan pengeluarannya.

Program tunjangan subsisten itu, yang merupakan mekanisme inti bantuan sosial, berjalan dengan lancar, kata Liu Xitang, pejabat dari Kementerian Urusan Sipil China.

Pada paruh pertama (H1) 2022, China telah mengalokasikan dana fiskal senilai lebih dari 120 miliar yuan untuk tunjangan subsisten dan subsidi-subsidi lainnya, naik 7 persen (yoy).

Ke depannya, China memperluas program tunjangan subsisten dan memperkuat proses identifikasi keluarga yang mendekati ambang batas kelayakan untuk menerima tunjangan subsisten.

Negara tersebut juga akan meningkatkan koordinasi kebijakan dalam hal bantuan sementara bagi mereka yang berada dalam situasi darurat dan kesulitan serta membuka jalur-jalur pengajuan bantuan bagi warga yang membutuhkan, kata Liu.

Program bantuan sementara akan diberlakukan bagi warga miskin yang terdampak epidemi dan bencana alam, urai Liu. Dia menambahkan bahwa pada H1, dana bantuan sementara senilai 5 miliar yuan telah diberikan kepada 4,8 juta warga.

Untuk menangani potensi peningkatan jumlah warga yang membutuhkan bantuan, beragam upaya juga akan dilakukan untuk menjangkau lebih banyak warga berpenghasilan rendah di platform pemantauan dan memperluas aplikasi fungsionalnya, termasuk penyakit serius, disabilitas, ketenagakerjaan dan sekolah.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022