Tunis (ANTARA) - Jepang menjanjikan bantuan senilai 30 miliar dolar AS (sekitar Rp445,6 triliun) untuk pembangunan di Afrika dan mengatakan ingin bekerja sama lebih erat dengan benua itu, di saat tatanan internasional yang berbasis aturan terancam setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Berbicara pada pertemuan puncak Jepang-Afrika di Tunisia, Sabtu, Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan Tokyo akan bekerja untuk memastikan pengiriman biji-bijian ke Afrika di tengah kekurangan global.

"Jika kita menyerah pada masyarakat berbasis aturan dan mengizinkan perubahan sepihak dari status quo dengan paksa, dampaknya akan meluas tidak hanya melalui Afrika, tetapi seluruh dunia," kata Kishida melalui tautan video setelah dirinya dinyatakan positif COVID-19.

Kishida mengatakan bantuan tersebut akan dikirimkan selama tiga tahun. Ia juga menjanjikan jumlah bantuan yang lebih kecil untuk ketahanan pangan, melalui koordinasi dengan Bank Pembangunan Afrika.

Kantor berita negara Tunisia mengutip Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi yang mengatakan Jepang memberikan Tunisia 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun) untuk membantu mengurangi dampak pandemi.

KTT Jepang-Afrika telah memberi kesempatan bagi Presiden Tunisia Kais Saied untuk tampil di panggung internasional sejak pemilu 2019, yang terjadi setelah ia merebut kekuasaan melalui referendum konstitusional.

Langkah itu disebut para pengkritiknya sebagai kudeta.

Berbicara dalam konferensi pers pada Jumat (26/8), Menteri Luar Negeri Tunisia Othman Jerandi berulang kali menekankan komitmen Tunisia terhadap demokrasi, yang telah dipertanyakan oleh para penentang Saied.

KTT tersebut telah memicu pertikaian antara Tunisia dan Maroko, yang marah dengan keputusan Saied untuk mengundang gerakan Polisario yang mencari kemerdekaan untuk Sahara Barat---wilayah yang dianggap Rabat sebagai miliknya.

Maroko dan Tunisia telah memanggil duta besar mereka dari negara masing-masing untuk berkonsultasi. Rabat mengatakan keputusan untuk mengundang pemimpin Polisario Brahim Ghali dibuat bertentangan dengan keinginan Jepang.

Tunisia sendiri membutuhkan dukungan keuangan karena menghadapi krisis keuangan publik yang telah diperburuk oleh tekanan global pada komoditas.


Sumber: Reuters
Baca juga: Jepang sumbang 18 juta dolar kepada Afrika terkait Ebola
Baca juga: PM Abe bangga dengan semangat bangsa Asia-Afrika
Baca juga: Jepang umumkan paket bantuan 3,2 triliun yen kepada Afrika

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022