PBB (ANTARA News) - Kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB Rabu mengetujui pernyataan yang meminta kepada Iran agar menangguhkan bagian-bagian dari program nuklirnya yang dapat digunakan untuk membuat senjata, Inggris mengumumkan. Naskah baru itu, yang membuat konsesi pada Rusia dan China, akan dirujuk ke Dewan penuh untuk mendapatkan persetujuan resmi hanya beberapa jam sebelum menteri luar negeri kelima kekuatan tersebut dan Jerman bertemu di Berlin Kamis untuk merencanakan strategi mengenai Iran. Kelima negara pemegang veto -- AS, Rusia, Inggris, Perancis dan China -- telah berunding selama tiga pekan untuk menyelesaikan rancangan pernyataan mengenai bagaimana mengekang yang diduga program (nuklir) Iran itu. "Rekan-rekan kami di P-5 (lima tetap) telah mencapai perjanjian mengenai sebuah naskah," Duta Besar Inggris Untuk PBB, Emyr Jones Parry, mengumumkan pada wartawan, seperti dilaporkan Reuters. Inggris dan Perancis, yang didukung oleh AS, mendistribusikan naskah yang telah direvisi itu Selasa malam pada semua 15 anggota Dewan Keamanan yang membuat konsesi pada Rusia dan Cina. Namun mereka masih minta pada Iran untuk menangguhkan upaya pengayaan uraniumm yang Barat duga merupakan kedok bagi pembuatan bom. Iran memulai lagi program pengayaan nuklirnya awal tahun ini tapi menyatakan tujuannya adalah untuk mengembangkan energi nuklir ketimbang senjata. Jones Perry dan duta besar Perancis Jean-Marc de la Sabliere, yang merancang naskah itu, mengatakan satu dari keberatan utama Rusia telah dikeluarkan dari pernyataan tersebut. Itu adalah satu ketetapan, yang mengatakan dewan bertanggungjawab atas perdamaian dan keamanan internasional. Rusia, pada khususnya, khawatir pernyataan itu mungkin kemudian akan digunakan sebagai dasar bagi tindakan yang lebih keras terhadap Iran, termasuk sanksi. Pembicaraan merentang selama tiga pekan mengenai pernyataan itu, yang tidak mengikat dan tidak mengancamkan tindakan hukuman. Namun Rusia, yang didukung oleh Cina, memutuskan untuk mencegah kemungkinan sanksi atau tindakan hukuman lainnya pada masa depan terhadap Iran serta menginginkan Badan Energi Atom Internasional di Wina untuk mengawasi masalah itu. IAEA merujuk masalah Iran itu ke dewan pada 8 Maret setelah Teheran memulai lagi kerja bahan bakar nuklirnya. Langkah itu mendorong para perunding Eropa -- Jerman, Perancis dan Inggris -- untuk menghentikan pembericaraan yang sudah berlangsung dua setengah tahun. Pernyataan itu minta Dirjen IAEA Mohamed ElBaradei untuk melapor kembali mengenai pemenuhan Iran (atas pernyataan tersebut) dalam 30 hari ketimbang 14 hari dalam naskah pernyataan aslinya. (*)

Copyright © ANTARA 2006