Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, menyatakan Indonesia merupakan contoh negara yang paling tepat dalam menjalankan upaya saling memahami antara masyarakat berbeda keyakinan, termasuk dalam hal peningkatan pemahaman antara Islam dan Barat. "Tidak ada tempat yang paling tepat untuk melihat itu selain di sini di Indonesia," kata Blair dalam jumpa pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis, seusai keduanya melakukan pertemuan empat mata, pertemuan bilateral dan pertemuan dengan lima tokoh Islam. Blair menekankan dunia Barat harus menyadari bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan berbagai masalah, terutama dalam memerangi terorisme, tanpa adanya saling pemahaman antara Islam dan Barat. "Kita tidak dapat memerangi terorisme kecuali kita bisa meyakinkan adanya saling memahami antara masyarakat dengan keyakinan berbeda di Barat dan negara-negara muslim," kata saat menjawab pertanyaan. Bagi Inggris, Indonesia adalah mitra yang sangat penting bagi upaya peningkatan pemahaman antara Islam dan Barat. "Indonesia dengan 220 juta penduduk dan merupakan negara muslim menjadi negara yang sangat penting di masa depan", ujar Blair. Blair dan Yudhoyono pada Kamis pagi sempat melakukan pertemuan dengan lima tokoh Islam, yaitu pemimpin Ponpes Da`arut Tauhid KH Abdullah Gymnastiar, Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, cendekiawan muslim Quraish Shihab serta Ketua Pusat Studi Kajian Al Qur`an UIN Syarif Hidayatullah, Nazaruddin Umar. Baik Blair maupun Yudhoyono menganggap para tokoh Islam tersebut moderat tetapi kritis. Blair, yang sebelum berbicara kepada pers di Kantor Kepresidenan sempat mengucapkan "Assalaamualaikum", mengatakan pertemuannya dengan tokoh-tokoh Islam itu merupakan kesempatan bagi dirinya dan negaranya untuk lebih mengerti mengenai Islam. Dewan Penasehat Keislaman Indonesia-Inggris atau UK-Indonesia Islamic Advisory Group yang baru dibentuk kedua negara, harapnya, akan memberikan ruang dialog yang lebih terstruktur bagi Inggris dan Indonesia tentang Islam. "Saya juga berharap dialog tersebut akan menyampaikan pesan dan menjadi simbol bagi dunia tentang bahwa masa depan yang didasari oleh toleransi dan saling menghargai serta keadilan, akan membuat dunia menjadi lebih baik,"" ujar Blair. Presiden Yudhoyono, sementara itu, mengungkapkan bahwa Kelompok Penasehat Islam Inggris-Indonesia yang baru dibentuk itu akan dipimpin oleh menteri luar negeri masing-masing negara. Sementara itu, Presiden mengatakan dirinya dalam pertemuan dengan Blair pada Kamis pagi membahas empat agenda utama, yaitu ekonomi, investasi dan perdagangan, sosial, budaya dan agama; kerja sama bidang keamanan dan kontra-terorisme, serta perkembangan internasional seperti situasi di Myanmar, dan hasil pemilu di Palestina dan Israel. (*)

Copyright © ANTARA 2006