Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Jakarta (ANTARA) - PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk berkomitmen untuk menjaga pemulihan kinerja secara berkelanjutan melalui strategi bisnis dan mengatur belanja modal agar lebih efektif.

Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi menyampaikan bahwa GMF telah mengesahkan laporan tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar 210,6 juta dolar AS dan menekan kerugian hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya, dari 311,3 juta dolar AS menjadi 94,5 juta dolar AS.

"Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi COVID-19," kata Andi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021 di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Andi Fahrurrozi kembali terpilih jadi Dirut GMF Aero Asia

Andi mengatakan, langkah pemulihan berkelanjutan diwujudkan GMF dengan perbaikan kinerja fundamental.

Upaya diversifikasi bisnis yang telah dicanangkan pada 2020 mulai menunjukkan hasil di tahun 2021, di antaranya pada segmen industri pertahanan dan power services.

Pada Desember 2021, GMF berhasil mendatangkan dan melakukan perawatan pada pesawat Hercules C130 pertama milik Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia.

Dari sisi pendapatan, segmen power services dan industri pertahanan berhasil mencatatkan
peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Ia mengungkapkan, telah selesainya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) Garuda Indonesia sebagai induk usaha, dan adanya komitmen Garuda Indonesia untuk
merancang langkah bisnis perbaikan kinerja perlu didukung oleh GMF dengan menyiapkan
armada-armada Garuda Indonesia agar dapat dioperasikan secara optimal kembali.

“Dengan bangkitnya industri penerbangan dan meningkatnya arus lalu lintas udara, GMF
harus siap dengan peningkatan permintaan reaktivasi pesawat.

Baca juga: Erick sebut pesawat Garuda akan bertambah jadi 120 unit di akhir 2022

Untuk saat ini, permintaan
reaktivasi dari maskapai Garuda Indonesia Group, khususnya pesawat berbadan kecil
menjadi prioritas kami dan telah memenuhi seluruh slot yang ada pada fasilitas hanggar kami,” kata Andi.

Ia mengatakan, penuhnya slot hanggar hingga akhir tahun 2022 juga dikontribusikan oleh tingginya permintaan perawatan pesawat Boeing 747 yang mayoritas permintaannya datang dari pelanggan internasional.

Langkah pembenahan kinerja yang terus dilakukan GMF secara bertahap mulai menunjukkan hasil yang positif.

Hal ini terwujud melalui beban usaha yang menyusut sebesar 18,3 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni dari 67,7 juta dolar AS pada kuartal 1 2021 turun menjadi 55,3 juta dolar AS pada kuartal 1 2022.

Sementara itu, pada akhir kuartal pertama tahun 2022, GMFI juga berhasil mencatatkan perolehan EBITDA positif senilai 300,000 dolar AS.

Selain itu, pada segmen bisnis perawatan mesin pesawat terdapat peningkatan permintaan
layanan mencapai lebih dari 100 persen sebagai salah satu dampak positif dari melonjaknya
permintaan reaktivasi pesawat.

“Reaktivasi menjadi salah satu asa dari perbaikan kinerja GMF ke depannya. Tentunya dengan ditopang dengan upaya menggarap potensi bisnis lain seperti perawatan pesawat private jets, konversi pesawat cargo, dan memaksimalkan kolaborasi dengan lessor untuk proyek redelivery,” tutup Andi.

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022