Padang (ANTARA News) - Semen Padang harus melupakan mimpinya menempati posisi empat besar klasemen sementara wilayah Barat setelah pada partai terakhir putaran pertama di Stadion H Agus Salim Padang hari Sabtu dipaksa menyerah 1-2 (1-2) dari tamunya Arema Malang. Dua gol tim tamu masing-masing dihasilkan Franco Hita pada menit ke-15 dan Aris Budi Prasetyo pada menit ke-44, sementara satu-satunya gol tuan rumah diciptakan Matias Santiago pada menit ke-31. Kekalahan itu adalah kekalahan keempat tim "urang awak" sepanjang putaran pertama musim kompetisi Liga Indonesia XII, namun merupakan kekalahan pertama yang mereka derita di kandang sendiri. Dari 13 kali turun lapangan, Martin Sebastian dan kawan-kawan baru mampu mengumpulkan 17 angka, hasil dari empat kali menang, lima kali seri dan empat kali kalah. Dengan kekalahan dari Arema Malang, posisi tim besutan pelatih Syafrianto Rusli melorot satu tingkat ke posisi ketujuh. Posisinya diambilalih Sriwijaya FC yang pada waktu bersamaan bermain imbang 2-2 ketika menjamu Persekabpas Pasuruan. Kedua tim sama-sama mengantongi 17 angka, namun Sriwijaya unggul selisih gol. Bermain di hadapan sekitar 20 ribu pendukungnya yang memadati Stadion H. Agus Salim, pasukan Semen Padang langsung menekan sejak menit-menit awal. Berkali-kali mereka menekan pertahanan tim tamu guna mengejar gol secepat mungkin. Hanya saja, karena keasyikan menyerang, barisan pertahanan Semen Padang justru kedodoran ketika menerima serangan balik. Buktinya, baru 15 menit pertandingan berlangsung, melalui sebuah serangan balik yang cepat, Arema berhasil mencuri gol. Gol berawal dari umpan terukur dari sektor kiri ke jantung pertahanan tuan rumah. Franco Hita yang berdiri bebas di kotak penalti tanpa kawalan pemain belakang Semen Padang dengan mudah menyontek bola ke dalam gawang tuan rumah yang dikawal Afriyanto sekaligus merubah kedudukan menjadi 0-1. Ketinggalan satu gol membuat anak-anak dari Bukit Indarung mencoba untuk bangkit. Serangan demi serangan terus mereka lancarkan ke daerah pertahanan lawan, sementara anak-anak Arema tetap mengandalkan serangan balik. Para pendukung tuan rumah sempat dibuat gembira ketika Matias Santiago berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-31. Berdiri di depan gawang Arema yang dikawal Kurnia Sandi, Matias melepaskan sundulan keras memanfaatkan umpan akurat Nursiddik dari rusuk kiri pertahanan lawan. Kedudukan imbang 1-1 tidak berlangsung lama, karena semenit menjelang turun minum pasukan "singo edan" kembali berhasil unggul melalui sundulan Aris Budi Prasetyo memanfaatkan sepak pojok Alex Pulalo. Memasuki babak kedua, irama permainan kedua tim tidak banyak berubah. Semen Padang terus berupaya mengejar ketinggalan, sementara anak-anak Arema tetap setia dengan serangan balik yang cukup efektif merepotkan pertahanan tuan rumah. Hanya saja, babak kedua berjalan dengan keras dan cenderung kasar. Wasit Fiator Ambaritan (Bandung) harus mengeluarkan delapan kartu kuning untuk kedua tim, masing-masing diterima Ambrizal, Martin Sebastian, Octavianus dan Niene Mamadou (Semen Padang), serta Alex Pulalo, Aris Budi Prasetyo, I Putu Gede dan Joao Carlos (Arema Malang). Kedua tim sama-sama memiliki sejumlah peluang untuk mencetak gol sepanjang babak kedua, namun selalu gagal akibat kurang cermatnya penyelesaian akhir. Semen Padang memiliki peluang emas untuk menyamakan skor jika saja Budi Kurnia tidak gagal menceploskan bola meski menerima umpan di depan gawang yang lowong. Bola tendangannya justru melambung di atas mistar. Tuan rumah juga memiliki peluang melalui Matias Santiago, Octavianus dan Niene Mamadou, tetapi selalu dapat digagalkan Kurnia Sandi. Sementara peluang terbaik Arema diperoleh Emaleu Sergei pada saat "injury-time". Tinggal berhadapan dengan penjaga gawang, dia gagal menaklukkan kiper Wawan Darmawan yang masuk menggantikan Afriyanto sejak menit awal babak kedua. Bola yang berada di kaki Sergei dengan sigap direbut Wawan, sehingga kedudukan 1-2 untuk keunggulan Arema tetap bertahan sampai bubaran. Ofisial tim tuan rumah sempat memrotes wasit karena dinilai meniup peluit panjang sebelum waktu normal berakhir, namun Fiator Ambaritan bergeming dengan keputusannya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006