diperlukan komitmen pemerintah daerah seperti pioneer dalam menghadapi dampak-dampak perubahan iklim
Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Kota Pontianak mengharapkan Center for Climate Risk and Opportunity Management Southest Asia and Pacific (CCROM-SEAP) memberikan dukungan dan mengawal penyusunan rencana aksi daerah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang tengah disusun pemerintah kota tersebut..

Dokumen RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Kota Pontianak saat ini tengah disusun Pemerintah Kota Pontianak melalui Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kota Pontianak.

"Kami mohon dukungannya dari CCROM dan GCom untuk terus mengawal kegiatan, sehingga Pontianak menjadi salah satu kota di Indonesia yang sudah mengadakan kegiatan dalam rangka penanganan perubahan iklim," kata Kepala Bappeda Kota Pontianak, Sidiq Handanu saat menutup Pelatihan Kelompok Kerja Perubahan Iklim, di Pontianak, Rabu.

24 anggota Pokja mengikuti pelatihan dan bimbingan dari tim CCROM-SEAP untuk penyusunan RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, sejak Senin (5/9) hingga Rabu (7/9) di Kantor Bappeda Kota Pontianak. Anggota tim terdiri dari akademisi dari Universitas Tanjungpura (Untan), organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, tokoh masyarakat, aktivis NGO, dan media.

Dalam sambutannya itu, Sidiq Handanu menyatakan kegiatan penyusunan RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sejalan dengan target Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Dia mengatakan, penanganan perubahan iklim tercakup dalam salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan yakni tujuan ke 13 yang berbunyi mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.

"Di sini diperlukan komitmen pemerintah daerah seperti pioneer dalam menghadapi dampak-dampak perubahan iklim," katanya lagi.

Dia menambahkan, bahwa saat ini perubahan iklim telah berdampak pada kedaruratan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek lingkungan. Sehingga diharapkan pemerintah daerah perlu meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi bahaya perubahan iklim, yang berdampak pada bencana alam, untuk melindungi masyarakat.

Karena itu, dia mengatakan adanya dokumen RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim nantinya, diharapkan dapat membantu Kota Pontianak lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim.

Kota Pontianak terpilih sebagai salah satu kota percontohan Global Covenant of Mayors (GCoM) for Climate & Energy Asia Pasific dalam penerapan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia selain Tangerang, Minahasa Utara, dan Medan.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif CCROM-SEAP DR M Ardiansyah menyatakan, dalam menyusun baseline dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pertemuan kali ini merupakan bagian kedua dari kegiatan penyusunan RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Kota Pontianak.

"Dan saat ini memang rencana aksi sudah digabung antara adaptasi dan mitigasi, karena memang sangat sulit untuk dipisahkan. Karena itu kenapa kegiatan-kegiatan yang diadakan ini berupaya menggabungkannya," katanya.

Menurut dia lagi, kegiatan pelatihan tersebut merupakan penguatan kapasitas anggota pokja untuk menyiapkan baseline pengurangan emisi gas rumah kaca. Karena merupakan salah satu dasar untuk bisa menilai aksi-aksi mitigasi.

"Demikian juga kita telah menyusun tingkat kerentanan potensi dampak dan risiko dini terkait adaptasi, itu juga merupakan bagian dari upaya untuk menilai apakah kegiatan-kegiatan adaptasi perubahan iklim itu berdampak positif terhadap peningkatan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim," katanya menjelaskan.

Dia menyatakan, penyusunan RAD masih memerlukan beberapa kali pertemuan dan diskusi terfokus dengan multi stakeholder untuk mendapatkan masukan-masukan terbaru dengan target dapat diselesaikan pada Desember 2022 mendatang.

Sementara itu, Ketua Pokja Adaptasi, Kiki P Utomo ST MSc menyatakan pihaknya menargetkan sebelum Desember 2022, RAD adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Kota Pontianak sudah selesai disusun, karena pada waktu itu sudah harus disampaikan wali kota kepada pihak GCoM.

"Masih ada waktu tiga bulan, dan itu harusnya cukup karena kita hanya tinggal melakukan tagging dan kemudian dari tagging itu menentukan kegiatan prioritasnya," katanya menjelaskan.
Baca juga: KLHK: Anggota G20 berkomitmen perkuat adaptasi perubahan iklim
Baca juga: Menteri LHK sebut banyak negara G20 dukung kebijakan iklim Indonesia
Baca juga: UI-Pemprov Kalbar akan gelar seminar perubahan iklim
Suasana saat pelatihan Pokja adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Kota Pontianak di bawah bimbingan Prof DR Rizaldi Boer, Direktur Eksekutif CCROM-SEAP. (ANTARA/Nurul Hayat)

Pewarta: Nurul Hayat
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022