Solo (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR, Slamet Effendi Yusuf mengecam keras pemuatan karikatur yang menghina Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Harian The Weekend Australian. "Saya sangat mengecam keras pemuatan karikatur yang sangat tidak sopan tersebut," Kata Slamet Effendi Yusuf, di Solo, Minggu. Dia mengimbau semua pihak harus hati-hati dengan sikap Australia tersebut, sebagaimana sikap serupa mereka terhadap kasus Timor-Timur. Keputusan PBB yang memasukkan Papua sebagai bangsa Indonesia, menurut dia, sebenarnya sejak awal ditentang oleh Australia. "Jika hal ini menjadi sikap dasar mereka, maka Australia merupakan tetangga yang jelek, yang memiliki etikad tidak baik," jalesnya. Padahal, lanjut dia, Indonesia selama ini memperlakukan Papua sama seperti wilayah lain di NKRI. Dia menuturkan karikatur tersebut sebenarnya menggambarkan sikap Australia, yang menganggap Indonesia telah berlaku tidak senonoh terhadap Papua. Cara pandang karikaturis dari Australia tersebut, ujar dia, merupakan cara pandang yang luar biasa menyakitkan. "Apakah kebebasan berekspresi juga bermakna kebebasan untuk mencerca orang lain, mendeskreditkan orang lain, serta tidak menghargai hak asasi orang lain," katanya. Disisi lain, bangsa Indonesia juga harus melakukan instropeksi, karena masih banyak perlakuan yang tidak benar terhadap masyarakat, termasuk di Papua. "Penghargaan kita terhadap hak asasi manusia masih terasa lemah," lanjunya. Namun, tegasnya, bukan berarti jika di sini terjadi kesenjangan seperti itu, maka Australia boleh semena-mena. Dia juga mendukung penarikan Duta Besar Indonesia untuk Australia. "Lama tidaknya penarikan Dubes ini tergantung dari perubahan sikap masyarakat dan pemerintah Australia," imbuhnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006