Yang tadinya setebal buku tulis, sekarang bisa setipis kartu ATM
Jakarta (ANTARA) - Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara)
menjamin kenaikan harga menu makan di warung Tegal (warteg) tidak melebihi 20 persen agar tidak membebani pelanggan yang didominasi masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Misal telur Rp5 ribu jadi Rp6 ribu, naik 20 persen," kata Ketua Kowantara, Mukroni di Jakarta, Jumat.

Harga tempe juga tidak dinaikkan, tapi ukurannya ditipiskan. "Yang tadinya setebal buku tulis, sekarang bisa setipis kartu ATM," katanya.

Pemilik usaha warteg menginginkan agar pemerintah memberikan bantuan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut yang terdampak pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Mukroni mengatakan, bantuan tersebut sangat penting bagi para pelaku UMKM termasuk warteg agar dapat mempertahankan usahanya di tengah kenaikan harga bahan pokok dan BBM.

"Terutama untuk meneruskan sewa, yang tidak kalah penting untuk perpanjangan usaha. Sehingga faktor permodalan sangat dibutuhkan oleh para warteg," katanya.

Baca juga: Bukalapak dorong warteg melek digital
Baca juga: Pedagang warteg khawatir harga minyak curah naik usai subsidi berakhir

Mukroni menambahkan, dampak kenaikan harga BBM tidak hanya membuat harga kebutuhan pokok naik, namun juga biaya sewa tempat pemilik warteg.

Mukroni mengatakan, saat ini para pemilik warteg sedang berupaya bangkit setelah terdampak pandemi COVID-19 dua tahun terakhir.

Saat ini sudah ada beberapa warteg yang menaikkan harga menu makanan imbas pengalihan subsidi BBM.

"Belum ada komunikasi terkait bantuan UMKM dari pemerintah. Sekarang ada (warteg) yang sudah menaikkan (harga makan), ada yang belum, beragam," tutur Mukroni.
 

Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022