Palu (ANTARA News) - Sebuah perusahaan swasta nasional PT Panca Amara Utama (PAU) membangun pabrik amoniak dengan kapasitas besar di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batui, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pupuk di dalam negeri. "Saat ini pihak perusahaan sedang merampungkan pembebasan lahan, untuk mempercepat pembangunan pabrik yang direncanakan akhir tahun 2006," kata Wakil Ketua Badan Pengelola Kapet Batui, Amir Tahawila SE, MSi, di Palu, Rabu. Menurut Tahawila, pembangunan pabrik amoniak di desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Bangga yang menelan dana puluhan miliar rupiah tersebut merupakan bagian dari industri hilir yang muncul terkait rencana kegiatan eksploitasi gas alam di sana yang dikelola PT Medco Energi Internasional. Medco sendiri berencana memulai eksploitasi sedikitnya 1,3 TCF (triliun kaki kubik) gas alam di Blok Senoro, Dataran Toili, Kabupaten Banggai (masuk dalam Kapet Batui), pada tahun 2007. Ia juga mengatakan, PT PAU berencana membangun pabrik pupuk berskala besar di Kapet Batui, guna menampung bahan baku amoniak yang diproduksi sendiri, selain untuk keperluan dijual ke pabrik pupuk lainnya. "Tapi ini masih dalam tahap perencanaan," kata Tahawila yang staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Palu. Sesuai SK Mentan No.799 Tahun 1999, Kapet Batui yang mencakup tiga kabupaten di timur Sulteng (Banggai Kepulauan, Banggai, dan Morowali), diarahkan khusus untuk pusat pengembangan kegiatan agrobisnis dan agroindustri di Kawasan Timur Indonesia. Data institusi ini menyebutkan, kurun 15 tahun terakhir tercatat sudah ada 42 perusahaan merealisasikan kegiatan usahanya di Kapet Batui, dengan total nilai investasi lebih Rp1 triliun. Dari seluruh perusahaan tersebut, sebagian besarnya mengembangkan bisnis di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Tapi, investasi yang sudah masuk di tiga kabupaten itu, umumnya sebelum terbentuk kapet. Menjawab pertanyaan, Tahawila yang mantan staf ahli Bappeda Sulteng mengatakan seretnya investasi masuk di Kapet Batui selama ini lebih dikarenakan lemahnya infrastruktur perekonomian, seperti energi listrik, prasarana jalan, jembatan, dan pelabuhan (laut dan udara), serta sasarana telekomunikasi. Bahkan, BP Kapet Batui sendiri sudah berulangkali mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk segera membenahi infrastruktur ini, namun anggaran yang dialokasikan setiap tahun sangat kecil. Khusus energi listrik kurun lima tahun terakhir tidak pernah mengalami penambahan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006