Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan teknologi finansial (financial technology/fintech) akan terus memainkan peran penting dalam peningkatan inklusi keuangan dan transformasi digital di Indonesia.

"Fintech memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat Indonesia untuk mengakses layanan jasa keuangan secara efisien dan ekonomis," ujar Rudy yang berpartisipasi secara daring dalam acara Peluncuran Hasil Studi CELIOS di Jakarta, Selasa.

Di samping itu, ia mengungkapkan kehadiran fintech yang membantu mendistribusikan produk investasi turut mendorong munculnya investor domestik. Saat ini pertumbuhan investor ritel di Bursa Efek Indonesia terbilang cepat, yang diimbangi pertumbuhan dari sisi rata-rata nilai transaksi dan frekuensi.

Menurut studi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), hingga akhir Mei 2022 jumlah investor ritel di pasar modal tercatat sebanyak 8,86 juta atau naik 18,9 persen secara tahunan.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan menunjukkan bahwa jumlah investor ritel sudah mencapai 9,1 juta dengan mayoritas investor berasal dari generasi milenial.

Rudy berpendapat pertumbuhan investor ritel memiliki korelasi yang kuat dengan perekonomian nasional. Semakin banyak investor di pasar keuangan akan meningkatkan perputaran uang, sehingga mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi berbagai tekanan internal maupun eksternal.

"Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan investor ritel di segmen milenial diharapkan dapat mendukung penciptaan berbagai sumber pertumbuhan baru dan menstimulasi aktivitas ekonomi secara agregat melalui peningkatan kemandirian pembiayaan, penguatan stabilitas pasar keuangan domestik, serta penyediaan biaya pembangunan infrastruktur," katanya.

Ia pun membeberkan setidaknya terdapat beberapa faktor pendorong peningkatan investor ritel dan pemanfaatan teknologi finansial, antara lain kemunculan berbagai aplikasi investasi ritel, seperti aplikasi multi aset dimana investor dapat memiliki lebih dari satu jenis aset di dalam portofolionya.

Kemudian, integrasi dengan platform pembayaran, promo kode referensi, serta modal awal yang rendah dan biaya transaksi yang murah.

Baca juga: OJK: Fintech lending salurkan pembiayaan Rp45,73 triliun di Juli 2022

Baca juga: Kadin: Pinjol ilegal rusak tatanan industri keuangan digital

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022