Bogor (ANTARA News) - Rayap yang menyerang Istana Merdeka ternyata merupakan jenis rayap paling berbahaya yang dikenal dengan sebutan "coptotermes Curvignathus". "Jenis rayap yang menyerang bangunan atas Istana Merdeka itu adalah `Coptotermes curvignathus`, yakni jenis rayap paling berbahaya," kata juru bicara tim peneliti rayap dari Laboratorium Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati (PSIH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir M Surjono Surjokusumo, MSF, PhD di Bogor, Rabu. Ia mengemukakan hal itu bersama anggota tim peneliti rayap lainnya yakni, Dr Ir Naresworo Nugroho, Ir Yudi Rismayadi, MSi,Ir Niken Subekti, MSi, Dr Ir Farah Diba dan Ir Arinana, Msc pada diskusi terbatas berkaitan dengan potensi serangan rayap di bangunan dengan sejumlah wartawan di Kampus IPB Darmaga. Bersama sejawatnya, Prof Dr Ir Rudolf Christian Tarumingkeng, MF, PhD, M Surjono Surjokusumo, pekan lalu mengungkapkan bahwa Istana Merdeka mengalami kerusakan di bagian plafon bangunan yang berunsur kayu akibat diserang koloni rayap. "Beberapa waktu lalu saya dan pak Rudi (Rudolf) diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan apa benar istana diserang oleh koloni rayap, dan ternyata benar saja. Plafon di Istana Merdeka, tepatnya di ruangan yang biasa dipergunakan presiden menerima tamu jatuh, yang utuh hanya rangka alumuniumnya saja," kata guru besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB yang segera purna tugas itu. Dengan kondisi tingkat keseriusan ancaman kerusakan lebih parah lagi di Istana Merdeka, kata dia, tim peneliti rayap PSIH IPB kini sudah mematangkan konsep, sekaligus langkah aksi untuk dapat memberantas koloni-koloni rayap, yang setiap satu koloninya terdiri atas jutaan rayap. "Rekomendasi kita adalah hendaknya rehabilitasi Istana Merdeka jangan dilakukan sebelum ada langkah `sterilisasi rayap`," katanya. Langkah "sterilisasi" tersebut, menurut dia, adalah menghabisi koloni rayap di setiap area yang ada di sekitar area bangunan Istana Merdeka yang direncanakan pada Mei mendatang mulai dikerjakan. Sementara itu, Yudi Rismayadi, anggota peneliti yang langsung melakukan observasi di Istana Merdeka mengemukakan bahwa struktur atas di gedung dimana Presiden Yudhoyono dan keluarga tinggal, sudah sangat parah akibat serangan koloni rayap jenis paling berbahaya itu. "Terjadi pelapukan-pelapukan unsur kayu di bagian atas Istana Merdeka, dan itu amat berbahaya jika akhirnya runtuh," katanya. Untuk itu, kata dia, diperlukan metode penanganan gabungan, yakni dengan membasmi koloni rayap dengan zat yang mematikan, serta metode "sentricon coloni elimination system", yakni cara baru pengendalian rayap dengan metode umpan. Keunggulan metode "sentricon" itu, yakni memberantas tuntas koloni rayap, tidak merusak bangunan serta ramah lingkungan. Beberapa tahapan dari metode "sentricon" itu, kata Yudi Rismayadi, pertama: stasiun "sentricon" dan kayu umpan ditempatkan di lokasi strategis di sekitar bangunan gedung, kedua: pemeriksaan stasiun umpan secara periodik untuk memantau aktivitas rayap. Ketiga, rayap yang menyerang kayu umpan dipindahkan ke dalam umpan rayap beracun dan keempat, secara periodik umpan racun diperiksa sampai koloni rayap akhirnya tereliminasi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006