Ambon (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyayangkan pemberitaan media, baik di Indonesia dan Australia, yang dinilai terperosok ke dalam pemberitaan berselera rendah dalam menyikapi berbagai hal akhir-akhir ini. "Kepala Negara sangat menyayangkan sekali, karena media di Indonesia dan Australia terperosok ke dalam pemberitaan berselera rendah semacam itu, terutama ketika menyikapi kasus karikatur yang dinilai menghina Presiden RI," kata Juru Bicara Kepresidenan, Andi Malarangeng, mengutip pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono saat transit di Bandara Internasional Pattimura, Ambon, dari Merauke, Papua, Rabu. Presiden, menurut Dino, memandang karikatur tersebut bagaikan sampah, karena perbuatan para redaktur surat kabar yang tidak pantas. "Jadi, Kepala Negara memandang perlu mengajak semua warga negara Indonesia, agar menahan diri dengan mengambil pengalaman dari kasus kartun Nabi Muhammad, karena bisa membuat emosi masyarakat dunia terpecah," katanya. Ia menimpali, "Ini berarti juga media harus mampu menahan diri jangan sampai terus dikembangkan perang kartun seperti itu." Selain itu, "Media sekali lagi tidak boleh terperosok ke dalam pemberitaan berselera rendah dengan menyajikan berita yang kurang bertanggung jawab." Andi mengatakan, setelah Presiden dan rombongan berada di Merauke, ternyata terbukti bahwa tidak semua wilayah di Papua itu rusuh. "Bahkan, mereka menyatakan tekad tetap setia kepada NKRI yang wilayahnya dari Merauke hingga Sabang," ujarnya. Andi juga mengatakan, belum tahu soal satu keluarga asal Papua yang beranggotakan enam orang meminta suaka lagi ke Australia. "Belum tahu, belum dapat informasi itu. Namun, yang pastinya di Papua tidak ada warga yang dikejar-kejar," katanya. Andi mengatakan, pemerintah Indonesia tidak mentolerir sekiranya ada orang-orang tertentu yang mau melakukan kegiatan separatisme dengan mengangkat isu Papua ke dunia internasional. "Masyarakat Merauke telah berjanji kepada Presiden bahwa Papua tetap berada dalam bingkai NKRI," demikian Andi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006