Tokyo (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang kerugian di sesi Asia pada Rabu pagi, karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga agresif lainnya dari Federal Reserve AS yang mereka khawatirkan dapat menyebabkan resesi dan jatuhnya permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent turun 26 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 90,36 dolar AS per barel pada pukul 00.40 GMT, setelah jatuh 1,38 dolar AS pada hari sebelumnya.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 83,74 dolar AS per barel. Kontrak pengiriman Oktober yang telah berakhir jatuh 1,28 dolar pada Selasa (20/9/2022), sementara kontrak November yang lebih aktif kehilangan 1,42 dolar AS.

"Nada pasar tetap bearish karena kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif di AS dan Eropa akan meningkatkan kemungkinan resesi dan penurunan permintaan bahan bakar," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

"Karena harga minyak telah jatuh dalam mengantisipasi kenaikan suku bunga, mereka mungkin naik sebentar setelah pengumuman, tetapi mereka kemungkinan akan kembali ke tren penurunan lagi di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan," katanya.

The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut pada Rabu dalam upayanya untuk mengendalikan inflasi. Ekspektasi tersebut membebani ekuitas, yang sering bergerak seiring dengan harga minyak.

Bank sentral lainnya, termasuk Bank Sentral Inggris (BOE), juga akan bertemu minggu ini.

Suku bunga yang lebih tinggi telah mendorong dolar, yang mendekati level tertinggi dua dekade pada Selasa (20/9/2022), membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, stok minyak mentah dan bahan bakar AS naik sekitar 1 juta barel untuk pekan yang berakhir 16 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (20/9/2022).

Persediaan bensin naik sekitar 3,2 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 1,5 juta barel.

Stok minyak mentah dan sulingan AS diperkirakan telah meningkat minggu lalu, sementara persediaan bensin terlihat lebih rendah, menurut jajak pendapat Reuters.

Di sisi pasokan, pengelompokan produsen OPEC+ - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan rekanan termasuk Rusia - sekarang turun menjadi 3,58 juta barel per hari dari targetnya, atau sekitar 3,5 persen dari permintaan global. Kekurangan tersebut menyoroti ketatnya pasokan di pasar, bahkan ketika kekhawatiran resesi menyeret harga lebih rendah.

Kepala raksasa minyak milik negara Saudi Aramco mengatakan pada Selasa (20/9/2022) bahwa rencana Eropa untuk membatasi tagihan energi untuk konsumen dan pajak perusahaan-perusahaan energi bukanlah solusi jangka panjang atau membantu untuk krisis energi global, sebagian besar didorong oleh kurangnya investasi dalam hidrokarbon.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022