Singapura (ANTARA) - Harga minyak rebound di sesi Asia pada Kamis sore, setelah meluncur sekitar satu persen di sesi sebelumnya karena kekhawatiran atas ketatnya pasokan menuju musim dingin melampaui kekhawatiran resesi global.

Harga minyak mentah berjangka Brent menguat 15 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 89,98 dolar AS per barel pada pukul 06.57 GMT, menutup kerugian mereka di awal perdagangan Asia. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 10 sen menjadi diperdagangkan di 83,04 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan jatuh ke level terendah hampir dua minggu pada Rabu (21/9/2022) setelah Federal Reserve (Fed) AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya guna menjinakkan inflasi dan mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman akan terus meningkat tahun ini.

Sementara The Fed memberikan nada hawkish pada Rabu (21/9/2022), beberapa analis mengatakan fakta bahwa kenaikan suku bunga tidak lebih besar memberikan beberapa kelegaan bagi pasar minyak.

"The Fed memberikan kenaikan 75 basis poin ketiga kemarin, seperti yang diperkirakan. Pasar menyambut keputusan itu, karena kenaikan 75 basis poin lebih baik daripada kenaikan 100 basis poin," kata Analis Senior Swissquote Bank, Ipek Ozkardeskaya, dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak melonjak di Asia, terimbas Putin kerahkan banyak pasukan

Sementara itu ada kekhawatiran bahwa langkah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memanggil 300.000 tentara cadangan, yang menandai eskalasi perang di Ukraina, dapat lebih merusak pasokan, kata analis dari Haitong Futures.

Beberapa kilang China sedang mempertimbangkan peningkatan operasi pada Oktober, mengincar permintaan yang lebih kuat dan potensi pembalikan kebijakan ekspor bahan bakar Beijing, yang dapat meningkatkan permintaan minyak mentah.

Tetapi harga minyak tetap berada di bawah tekanan jual karena peningkatan persediaan dan prospek ekonomi yang memburuk, kata analis Citi dalam sebuah catatan.

Persediaan minyak mentah AS naik 1,1 juta barel dalam seminggu hingga 16 September menjadi 430,8 juta barel, lebih kecil dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 2,2 juta barel.

Dolar yang melonjak juga membatasi kenaikan harga minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi banyak pembeli. Indeks dolar menyentuh level tertinggi 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada Rabu (21/9/2022).

Di tempat lain, Jerman menasionalisasi importir gas Uniper pada Rabu (21/9/2022) dan Inggris mengatakan akan mengurangi separuh tagihan energi untuk bisnis dalam menanggapi krisis pasokan yang semakin dalam yang telah mengekspos ketergantungan Eropa pada bahan bakar Rusia.

Baca juga: Harga minyak naik tipis, dipicu kekhawatiran pasokan ketat

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022