Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Iran untuk Indonesia, Shaban Shahidi Moaddab, mengunjungi Pusat Reaktor Tenaga Nuklir Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Serpong, Banten, Kamis, dalam rangka penjajakan kerjasama. "Sebagai sama-sama negara anggota IAEA, Indonesia dan Iran berhak bekerjasama satu sama lain, juga berhak melakukan kunjungan dan kunjungan balasan," kata Moaddab, yang juga profesor fisika nuklir,kepada wartawan didampingi Deputi Program Riset Iptek BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Bambang Setiadi. Ditanya pers, apakah kunjungan tersebut berkaitan dengan persiapan kunjungan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke Indonesia, ia mengakui bahwa pihaknya bertugas menyiapkan fasilitas kunjungan Presiden jika berencana akan berkunjung ke suatu negara, namun belum jelas apakah Presiden Iran jadi berkunjung atau tidak. "Ya kami memang menyiapkan fasilitas kunjungan beliau, hari ini kami ke pusat penelitian, tetapi apakah akan berkunjung ke sini, mungkin ya mungkin tidak, masih belum jelas," katanya. Ditegaskannya, baik Iran dan Indonesia, keduanya membutuhkan tenaga nuklir untuk memenuhi berbagai kebutuhan di negaranya. "Tetapi, baik Indonesia maupun Iran, keduanya tidak memerlukan senjata nuklir. Kami hanya butuh tenaga nuklir untuk tujuan damai, karena kedua negara merupakan negara yang cukup luas dan besar dan membutuhkan tenaga listrik serta untuk tujuan penelitian," katanya. Menurut Moaddab, penelitian adalah hal yang sangat penting bagi masa depan suatu bangsa agar bisa lebih mandiri dan tidak bergantung kepada negara lain. Reaktor nuklir seperti yang dimiliki Indonesia dibutuhkan untuk pengembangan penelitian dan produksi isotop untuk kemaslahatan, antara lain untuk keperluan kedokteran, produk pangan dan lainnya, ujarnya. Ia juga mengatakan, pihaknya baru menjajaki kerjasama dengan BATAN, dan akan melaporkannya ke pemerintah pusat di Teheran. Selain ke Pusat Reaktor Tenaga Nuklir, Moaddab juga melakukan kunjungan ke Laboratorium Aerodinamika, Gas dan Getaran, Balai Pengkajian Bioteknologi, Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, dan Balai Besar Teknologi Energi di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Selain itu, ia merencanakan berkunjung ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, dan Pusat Litbang Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor, Jumat (7/4). Sementara itu, Bambang Setiadi mengatakan, Iran dan Indonesia memang berencana akan melakukan kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). "Jika kedua Menteri Iptek sudah bertemu dan menandatangani nota kesepahaman, maka elemen di bawahnya akan membentuk tim teknis dan menentukan program-program apa saja yang akan dikerjasamakan," katanya. Soal kemungkinan kerjasama dalam pengembangan reaktor nuklir, ia mengulang pernyataan Dubes Iran, bahwa sebagai negara anggota IAEA, kedua negara berhak bekerjasama mengembangkan nuklir. "Sejauh ini Indonesia hanya memiliki reaktor nuklir terbatas untuk riset, namun rencana ke depan Indonesia akan mengembangkan pula Reaktor Nuklir untuk pembangkit tenaga listrik atau PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir-red) mulai 2016," katanya. Ditanya kemungkinan kerjasama pengembangan tenaga nuklir dengan Iran akan mengundang kecurigaan Barat, ia menjawab, selama ini pengembangan tenaga nuklir memang dikaitkan dengan pengembangan ke arah persenjataan. "Tetapi, kerjasama kita selalu dalam bahasa Iptek, di tambah lagi IAEA selalu menginspeksi unit reaktor kita empat kali dalam setahun, dengan kunjungan mendadak, tiba-tiba mereka sudah di airport dan minta dijemput, jadi tak ada kecurigaan," tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006