Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) seringkali mengungkap data yang tidak benar soal Papua untuk mendapat dukungan dari luar negeri. "LSM-LSM sering memanipulasi data dan fakta hanya untuk mendramatisir persoalan di Papua, karena mereka mempunyai kepentingan untuk mendapatkan donasi dari donatur mereka di luar negeri," katanya, di Jakarta, Kamis. Ditemui usai menjadi pembicara dalam diskusi The Executive Network Van Zorge Heffernan and Associates, Juwono mengatakan, ada sekitar enam hingga tujuh LSM di Papua yang saling bersaing untuk mendapatkan donasi asing. Kondisi itu, diperparah karena pemerintah kesulitan mengawasi aliran dana LSM, karena selama ini LSM mengklaim dirinya sebagai badan otonom yang tidak dapat diaudit oleh pemerintah, tambah Juwono. Terkait itu, kata Menhan, pemerintah akan menunjukkan bukti, fakta dan data yang benar untuk meng-counter data dan fakta yang disampaikan LSM-LSM yang kerap tidak masuk akal. Pada kesempatan yang sama, Juwono mengemukakan, kontrak karya PT Freeport tidak dapat dihentikan begitu saja karena akan berdampak yang signifikan bagi iklim investasi di Indonesia. "Pemerintah juga sedang mengusahakan perbaikan pada lingkungan, penerimaan pajak dan dana bagi pembangunan masyarakat Papua," katanya, seraya menambahkan, masih terdapat ketidakberesan dalam pembagian dana community development. Berkenaan dengan itu, pemerintah daerah, termasuk Polda, sedang melakukan pendekatan kepada masyarakat dan LSM-LSM di Papua, tambah Menhan. Sementara itu, The Australian Broadcasting Corporation (ABC) menyebutkan terdapat 16 tokoh Australia yang mendukung upaya gerakan separatis Papua Barat, dan daftar nama mereka kini berada di tangan anggota DPR-RI. Dalam daftar itu, tersebut antara lain Senator Bob Brown dan Kerry Nettle (Partai Hijau Australia), Senator Andrew Barlett dan Natasha Stott Despoja (Demokrat), Duncan Kerr (Partai Buruh), Greg Sword (mantan presiden nasional Partai Buruh), ACTU, Universitas Sydney, Institut Teknologi Royal Melbourne (RMIT), Profesor Stuart Rees (Universitas Sydney), dan Sister Susan Conolly (Mary MacKillop Institute).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006