Jakarta (ANTARA News) - Pembantu rumah tangga (PRT) di Indonesia adalah sosok yang harus serba bisa. Ia harus selalu siap sedia melayani majikan, keberadaannya harus mudah dijangkau tetapi tidak boleh terlalu dekat. Jam kerja para pembantu tidak menentu, bisa sepanjang hari, mereka juga harus terampil mengerjakan semua jenis pekerjaan rumah dari mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak hingga memasak dan dituntut berpenampilan bersih, menarik tetapi tidak boleh melebihi kaum perempuan majikannya. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Dewi Anggraeni, penulis dan wartawan Australia kelahiran Indonesia yang pada Kamis 6 April 2006 meluncurkan bukunya "Dreamseekers", sebuah hasil penelusuran atas kehidupan sehari-hari kaum pembantu di Klub Rasuna, Jakarta, kemarin. Penelitian itu dilakukannya di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Hongkong untuk menampilkan potret kehidupan kaum PRT dan tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. "Pembantu adalah pekerja yang paling lemah karena nyaris tidak dilindungi olah undang-undang ketenagakerjaan. Perlindungan hukum bagi mereka biasanya hanya terkait dengan hukum pidana," ujar Dewi yang mendapat dukungan dari Organisasi Buruh Dunia (ILO) untuk meriset dan menulis buku tersebut. Dewi mengaku tergerak menulis tentang nasib pembantu berdasarkan pengalaman pribadi, ketika ia prihatin melihat kehidupan para pembantu di lingkungan keluarganya, pada masa kecil Dewi di Indonesia, juga pengamatannya terhadap para pembantu teman-temannya maupun nasib para TKW. Kemampuan finansial dan intelektual, diakui Dewi bukan jaminan bagi seorang majikan untuk dapat memperlakukan pembantunya dengan baik. Dewi Anggraeni yang kini bemukim di Melbourne Australia, telah menerbitkan tujuh buku meliputi novel, kumpulan cerita pendek, esai dan sampai sekarang menjadi koresponden bagi Majalah Tempo dan Harian The Jakarta Post. Karya-karya fiksinya antara lain Snake, Journeys through the Shadows, Tales of Neigbourhood banyak berkisah tentang kehidupan sehari-hari dan persoalan manusia, kebanyakan menggambarkan kehidupan orang-orang Indonesia, Australia, cagar budaya dan seringkali bermuatan misteri. "Saya memang suka memasukkan unsur misteri, hal-hal seperti itu banyak terjadi di Indonesia," kata Dewi yang sering tampil dengan busana sarung itu. Pembaca Australia yang pernah mengunjungi Indonesia dan keturunan Inggris biasanya menyukai karya-karya penuh misteri itu, bahkan sering mengaitkannya dengan pujangga besar Edgar Alan Poe. "Saya sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membuat buku ini terwujud, mulai dari Widarti Gunawan yang banyak membantu sejak saya menyusun konsep, juga kepada ILO dan penerbit Equinock yang menerbitkannya," kata Dewi tentang buku karyanya yang ke tujuh itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006