Untuk membantu pengunjung memahami itu semua, pengelola Fort Siloso membuat berbagai ornamen yang menggambarkan masa kelam tersebut mulai dari tempat peristirahatan para tentara pada masa itu hingga meriam-meriam yang digunakan untuk melawan musuh juga masih terlihat sangat terawat.

Baca juga: Enam inspirasi liburan anti mainstream di Singapura

Salah satu senjata yang bisa dilihat adalah meriam yang dibuat pada tahun 1867, berutapa tempaan tabung baja yang memiliki tiga lubang untuk proyektil yang bisa menghancurkan musuh-musuh yang menyerang.

Selanjutnya terdapat juga barak-barak tentara yang diisi oleh berbagai ornamen yang menunjukkan kegiatan para tentara sehari-hari, mulai dari tempat beristirahat hingga kegiatan mereka sehari-hari pada masa itu.
 
Fort Siloso Museum (ANTARA/Chairul Rohman)

Dengan adanya ilustrasi tersebut, semakin mudah bagi pengunjung untuk memahami kehidupan para tentara pada masa itu, baik dari kebiasaan hingga persiapan mereka melawan para musuh-musuh yang datang.

Selain menghadirkan ilustrasi dalam segi patung-patung, pengelola juga memberikan informasi rangkuman yang mereka lakukan sehari-hari dengan berbagai ilustrasi tulisan.

Dalam barak yang menampung sejumlah tentara perang, terdapat tulisan yang mengisahkan betapa menderitanya para tentara yang melakukan perjalanan cukup menyita banyak waktu untuk bisa sampai di lokasi tersebut.

Baca juga: Ragam destinasi wisata yang cocok untuk "healing" di Singapura
 
Fort Siloso Museum (ANTARA/Chairul Rohman)

Menurut catatan, perjalanan yang dilakukan oleh tentara Inggris pada tahun 1880 itu memakan waktu kurang lebih selama 60 hari. Pemandangan itu menggambarkan bagaimana mereka yang sangat rindu dengan rumah dan juga perjalanan yang lama membuat mereka banyak yang mabuk laut, meskipun itu sudah menjadi hal yang biasa.

Setelah Sentosa--yang dahulu bernama Pulau Belakang Mati--mulai terlihat, para tentara ini tahu bahwa mereka akan mengalami kehidupan yang sangat berbeda seperti di rumah pada umumnya.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022