Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengemukakan pengadaan vaksin cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia mempertimbangkan situasi kasus di dalam negeri.

"Bio Farma baru sekadar buka komunikasi (dengan produsen vaksin), sebab kenyataannya kasusnya tidak banyak (di Indonesia). Jadi nanti bagaimana dengan keputusan Kementerian Kesehatan saja," kata Honesti Basyir di Jakarta, Kamis.

Dilansir dari laporan Kementerian Kesehatan RI, jumlah dugaan kasus Monkeypox hingga 16 September 2022 berjumlah 66 kasus. Dari 66 kasus itu, sebanyak 63 kasus di antaranya negatif, satu kasus positif dan sudah dinyatakan sembuh, dan dua kasus lainnya masih dalam pemeriksaan laboratorium.

Baca juga: Bio Farma siapkan skema datangkan tiga kandidat vaksin Monkeypox

Kasus tersebut di antaranya berasal dari Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan Jawa Timur.

Secara global, kasus konfirmasi Monkeypox diperkirakan mencapai 60.394 kasus di 99 negara, 22 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Sepuluh negara terbesar kasus Monkeypox di antaranya Kanada (1.632), Amerika Serikat (22.620), Colombia (1.260), Peru (1.989), Brasil (6.246), Spanyol (6.947), Inggris (3.558), Belanda (1.199), Jerman (3.547), Prancis (3.785), Thailand (7), Australia (129), Singapura (16), Filipina (4), dan Indonesia (1).

Baca juga: Kemenkes: Vaksin Monkeypox sasar kelompok paling berisiko

Bio Farma telah menjajaki peluang kerja sama impor 2.000 dosis vaksin Monkeypox dari Bavarian Nordic di Denmark.

"Apakah (vaksin) akan dianggap suatu hal yang memang kita harus memasukkan ke Indonesia, nanti tunggu saja keputusan Kemenkes," katanya.

Menurut Honesti, kerja sama dengan produsen vaksin Monkeypox merupakan langkah pemerintah untuk mengantisipasi terjadi peningkatan kasus di Indonesia.

Baca juga: BPOM siapkan tiga strategi ketersediaan vaksin dan obat Monkeypox

"Jika memang dibutuhkan, ada vaksin yang tersedia dari Denmark itu. Tapi kan kasusnya sekarang tidak ada ya di Indonesia. Jadi sekarang masih komunikasi saja," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022