Bengkulu (ANTARA) - Hujan deras di ujung September 2022 mengguyur kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh II. Rencana Efyon Junaidi dan timnya menyeberangi Sungai Ipuh Ilau, urung karena debit air sungai terus bertambah.

Sudah dua hari berturut-turut hujan lebat mengguyur Bukit Barisan wilayah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, ini sehingga membuat perjalanan tim pengecekan lapangan atau “ground check” rencana jalur koridor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) tertahan satu malam

“Kondisi cuaca yang kurang bersahabat menjadi salah satu kendala di lapangan. Dua hari kami tertahan di pinggir Sungai Ipuh Ilau, tidak bisa menyeberang karena air sungai naik,” kata Efyon di Bengkulu Rabu (27/9).

Efyon dan rekan-rekannya merupakan satu dari empat tim yang diturunkan oleh Konsorsium Bentang Seblat untuk pengecekan lapangan jalur koridor atau konektivitas gajah di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Bentang Seblat yang berada di zona penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Bengkulu.

Tim pertama mengecek kondisi kelayakan jalur di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Teramang, tim kedua yaitu Efyon dan rekan-rekannya di wilayah HPT Air Ipuh I, tim ketiga memeriksa kawasan HP Air Rami dan tim keempat mengecek kondisi perbatasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat dengan perkebunan kelapa sawit milik PT Alno Agro Utama.

Koordinator Konsorsium Bentang Seblat, Iswadi, menuturkan tim "ground check” diturunkan untuk mengetahui kondisi lapangan dan membuat penilaian terkait hambatan serta ancaman terhadap gajah di jalur konektivitas atau koridor tersebut.

Keempat tim yang beranggotakan empat hingga lima orang tersebut berada di dalam hutan selama tujuh hari untuk mengecek kelayakan jalur koridor sepanjang 82,67 kilometer dengan lebar jalur 200 meter.

Tim gabungan yang diturunkan terdiri dari pemangku kawasan seperti BKSDA dan TNKS serta pihak perusahaan dan warga sekitar hutan habitat gajah.

Kesimpulan sementara, kata Iswadi, jalur yang direncanakan untuk perlintasan gajah tersebut layak dijadikan koridor dengan catatan perlu intervensi terkait dengan ancaman atau gangguan seperti penebangan liar dan pembukaan hutan tanpa izin yang terus meluas.

Iswadi yang bergabung dalam tim ketiga mengatakan selama ini gajah liar yang hidup TWA Seblat rutin bermigrasi ke wilayah HP Air Rami, namun saat ini terhalang aktivitas perkebunan PT Alno Agro Utama.

Untuk mengatasi hal ini tim memetakan jalur dalam wilayah perkebunan yang diproyeksikan menjadi jalur lintas gajah. Dalam pemetaan ini pihak perusahaan turut terlibat dan mengetahui sebagian dari konsesi perkebunan mereka merupakan perlintasan gajah.

Jalur migrasi gajah ini sudah ada sebelum aktivitas manusia memasuki habitat mereka yang membuat habitat terkotak-kotak dan konflik tidak terelakkan.


Kawasan Ekosistem Esensial

Koridor gajah di lanskap atau Bentang Seblat merupakan kebutuhan mendesak dalam upaya penyelamatan populasi gajah sumatera tersisa di Provinsi Bengkulu. Populasi gajah sumatera di Provinsi Bengkulu berkisar antara 50-70 ekor yang terpisah menjadi beberapa kelompok kecil.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Bengkulu, Gunggung Senoaji, mengatakan kelompok gajah yang terpisah tersebut saat ini terperangkap dalam kantong-kantong habitat yang rentan gangguan. Selain itu, koridor gajah tersebut sangat penting mengingat hampir 80 persen wilayah jelajah gajah berada di luar kawasan konservasi.

“Kebutuhan terhadap koridor gajah ini sangat mendesak untuk menghubungkan habitat yang telah terfragmentasi sehingga antar-kelompok gajah dapat bertemu,” kata Gunggung selaku anggota Forum Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Gajah.

Habitat yang terfragmentasi akibat pembukaan hutan untuk berbagai kepentingan ini kata Gunggung dikhawatirkan mempercepat kepunahan gajah.

Ia pun mencontohkan, kawasan TWA Seblat sebagai habitat alami gajah sumatera telah kehilangan gajah liarnya dalam beberapa tahun terakhir karena bermigrasi ke HP Air Rami.

Rombongan gajah liar yang bermigrasi ke HP Air Rami tersebut tidak bisa kembali ke TWA Seblat karena putusnya jalur migrasi yang telah berubah menjadi areal perkebunan PT Alno Agro Utama.

Hal tersebut, kata Gunggung, yang mendasari para pihak membentuk Forum Kolaborasi Pengelolaan KEE untuk melestarikan gajah sumatera melalui penyelamatan habitat dalam koridor gajah di Bentang Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara dan Mukomuko Provinsi Bengkulu.

Kawasan yang diusulkan dalam KEE Bentang Alam Seblat seluas 29 ribu hektare  mencakup HP Air Rami, HPT Lebong Kandis, TWA Seblat, TNKS dan sebagian konsesi Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit.

Di dalam kawasan ini terdapat tiga kantong besar habitat gajah sumatera yakni HP Air Teramang seluas 4.818 hektare, HP Air Rami 14.010 hektare  dan TWA Seblat 7.732 hektare.

Kepala Seksi Konservesi Wilayah I BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari, menjelaskan lebih jauh tentang dampak terputusnya habitat gajah yang membuat antarkelompok gajah sulit bertemu.

Kondisi tersebut dapat memicu perkawinan sekerabat atau “inbreeding” dalam kelompok gajah yang berpotensi menurunkan fungsi genetik. Penurunan fungsi genetik ini dikhawatirkan bisa mempercepat kepunahan gajah.

Selain itu, kondisi habitat yang terfragmentasi tersebut juga membuat konflik manusia dan gajah serta tingkat perburuan semakin tinggi.


Kerja Kolaborasi

Sekretaris Forum Kolaborasi Pengelolaan KEE koridor gajah, Ali Akbar, mengatakan inisiasi pembentukan KEE koridor gajah yang dimulai pada 2017 merupakan kerja kolaboratif para pihak, mulai dari pemangku kawasan hutan, korporasi, lembaga non-pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Kelembagaan forum ini disahkan lewat Surat Keputusan Gubernur Bengkulu nomor S.497.DLHK tahun 2017 tentang Forum Kolaborasi Pengelolaan KEE Koridor Gajah.

Dalam rencana aksi tahun 2021-2024 forum menetapkan lima tujuan spesifik yaitu memastikan tidak ada lagi kematian gajah non-alami, kedua, gajah dapat melintasi jalurnya dengan aman.

Ketiga, masyarakat menjadi bagian dalam konservasi gajah, keempat membuat publikasi ilmiah dan tulisan populer tentang Bentang Seblat dan kelima, mengamankan Bentang Seblat dari ancaman perluasan kerusakan dan tindak kejahatan terhadap satwa.

“Agenda saat ini baru sampai ke titik dimana kerja sama multipihak menentukan jalur yang akan disepakati,” kata Ali yang juga Ketua Yayasan Kanopi Hijau Indonesia.

Setelah "ground check”  akan digelar diskusi terfokus memverifikasi jalur koridor gajah untuk menetapkan jalur penghubung habitat gajah di Bentang Seblat.

Setelah FGD, dilanjutkan dengan pemasangan tanda jalur koridor dan papan informasi di tiga konsesi perusahaan yang masuk dalam jalur koridor yaitu PT Bentara Arga Timber (BAT), PT Alno Agro Utama dan PT Anugrah Pratama Inspirasi (API).

Papan informasi yang dipasang di 20 titik jalur koridor dan 100 titik pemasangan tanda penghubung jalur gajah. Setelah pemasangan papan informasi dan jalur penghubung maka akan dilakukan tindakan pengamanan terhadap Bentang Seblat.

Tahap selanjutnya, semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama dengan peran yang berbeda-beda dalam pelestarian Bentang Seblat. Contohnya, korporasi hutan dalam hal ini PT API dan PT BAT bertanggung jawab untuk tidak melakukan aktivitas logging di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai KEE.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Alno Agro Utama yang merupakan perkebunan sawit skala besar memiliki peran memberikan kebebasan bagi gajah yang melintasi perkebunan mereka yang menghubungkan TWA Seblat dan HP Air Rami.

Sementara Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sesuai tupoksinya memastikan tidak ada aktivitas yang melanggar hukum di dalam kawasan seperti pembalakan, perambahan atau pembukaan hutan.

Sedangkan BKSDA bertugas melakukan pengawasan terhadap keselamatan satwa dilindungi agar terhindar dari tindak kejahatan seperti perburuan gajah.

Muaranya, kerja kolaborasi forum KEE koridor gajah ini akan menciptakan harmoni atau keselarasan di Bentang Seblat dengan memastikan keselamatan gajah dan habitatnya sekaligus meminimalisir konflik antara manusia dengan gajah.

Upaya menyelamatkan kawanan gajah sumatera berarti juga menyelamatkan fungsi ekologis Bentang Seblat. Beberapa sungai besar di Bengkulu seperti Sungai Manjunto, Seblat, dan Ketahun memiliki hulu air di Bentang Seblat. Air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, untuk irigasi, pembawa unsur hara dari hulu, serta menjadi sumber pendapatan tambahan masyarakat.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022