Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menyebabkan 129 orang meninggal dunia tidak berulang lagi.

“Semoga ini yang terakhir dan semua pihak bisa mengambil pelajaran berharga dari insiden tadi malam,” ujar Khofifah kepada wartawan di sela meninjau korban di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Minggu.

Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa tersebut dan berupaya semaksimal mungkin memberikan penanganan terbaik bagi korban.

Khusus untuk korban yang mengalami luka-luka, biaya pasien yang dirawat di RS Saiful Anwar ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov Jatim.

Sedangkan, pasien yang dirawat di rumah sakit milik kabupaten/kota maka biaya akan ditanggung oleh Pemkot/Pemkot setempat.

“Santunan kematian juga disampaikan ke keluarga korban,” ucap Gubernur Khofifah.

Baca juga: Pemprov Jatim fokus penanganan korban tragedi Kanjuruhan

Di RSSA, gubernur juga menyempatkan diri menjenguk korban luka-luka dan menemui keluarga korban yang sudah menunggu.

Bagi korban meninggal dunia, Khofifah menyampaikan pihak rumah sakit akan memandikan lalu menshalatkannya di masjid yang berada di RSSA sebelum diantar ke rumah duka.

“Kalau warga dan keluarga kembali menshalatkan di rumah duka dipersilakan. Sekali lagi, kami turut berduka cita atas insiden ini,” katanya.

Berdasarkan data terakhir, korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya bertambah menjadi 129 orang.

Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.

Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Ditembakkannya gas air mata tersebut dikarenakan para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

Baca juga: Sebanyak 17 jenazah korban Kanjuruhan telah diidentifikasi di RSSA
Baca juga: KPID Jatim ingatkan TV-radio hati-hati beritakan tragedi Kanjuruhan


Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022