Menjadi seorang pejuang tidak membutuhkan sihir atau ritual apa pun
Hubungan antara Nanisca dan Nawi bermula sulit. Keduanya sering bertengkar saat petarung muda berulang kali mempertanyakan beberapa peraturan bahkan desas-desus yang menyelimuti Agojie, termasuk penggunaan ritual sihir tertentu.

"Menjadi seorang pejuang tidak membutuhkan sihir atau ritual apa pun, namun kemampuan dan semangat untuk terus maju." Kutipan ini -- bisa dibilang merupakan salah satu yang terngiang baik untuk Nawi maupun audiens. Pengembangan karakter Nawi pun tak kalah bersinarnya dengan sang jenderal.

Baca juga: "The Woman King" kuasai "box office" Amerika Utara

Mengimbangi seorang Viola Davis tentu bukan pekerjaan mudah bagi Mbedu. Namun, entah bagaimana ia mampu menancapkan begitu banyak sisi emosional karakter yang ia perankan, dan itu terlihat begitu mudah dan natural.

Pun para Agojie lain seperti Izogie (Lashana Lynch), Amenza (Sheila Atim), hingga prajurit muda Fumbe (Masali Baduza). Tak berlebihan jika menyebutkan ansambel pemain di "The Woman King" semuanya seimbang, serta memiliki momen-momen penting dalam pembangunan karakter dan cerita.

Film seperti "The Woman King" bisa dibilang jarang ditemui pada era saat ini di tengah lautan film-film blockbuster lainnya. Sutradara Gina Prince-Bythewood ("The Old Guard"), dan penulis naskah Dana Stevens, mampu mengemas film dengan sentuhan aksi dan drama yang menggetarkan bagi siapa pun yang menontonnya.
 
"The Woman King" (2022). (ANTARA/HO/Sony Pictures)

Adapun "The Woman King" merupakan adaptasi dari cerita yang ditulis oleh Stevens bersama Maria Bello pada tahun 2015 setelah ia mengunjungi Benin, tempat di mana Kerajaan Dahomey diduga berada beberapa abad lalu.

Asal usul Agojie tidak didokumentasikan secara lengkap, namun para akademisi menduga mereka lahir karena kebutuhan. Kerajaan Dahomey, yang dikenal karena perang strategis dan serangan budak mereka, mencoba melawan dengan merekrut dan melibatkan wanita ke dalam jajaran militer. Setiap wanita yang belum menikah bisa terdaftar.

Baca juga: Mengenal filosofi "Sedulur Papat Limo Pancer" dalam film "Jagat Arwah"

Film tak hanya mengandalkan aksi dan koreografi untuk adegan-adegan di peperangan. Intensitas juga dirasakan penonton saat para tokoh utama harus menghadapi hal-hal lain di luar medan perang: luka masa lalu, trauma, dan rasa bersalah yang terus menghantui, tuntutan untuk selalu menjadi kuat, hingga kewaspadaan agar mereka mampu hidup menyelamatkan para penduduk yang tertindas oleh ketidakadilan dan penjajah yang tak berprikemanusiaan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022