New York (ANTARA) - Dolar rebound dari pelemahan baru-baru ini pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor memandang sikap agresif Federal Reserve AS terhadap suku bunga kemungkinan tidak berubah, dengan euro dan sterling masing-masing turun sedikitnya satu persen.

Euro melemah 1,0 persen pada 0,9892 dolar, dan ditetapkan untuk penurunan persentase harian terbesar sejak 23 September, setelah melonjak 1,7 persen pada Selasa (4/10/2022).

Sterling merosot 1,1 persen pada 1,1344 dolar, setelah naik selama enam sesi berturut-turut. Penurunannya sedikit diperpanjang karena Perdana Menteri Inggris Liz Truss berjanji untuk menurunkan utang sebagai bagian dari pendapatan nasional, lebih dari seminggu setelah rencana pemerintah untuk memangkas pajak dan meningkatkan pinjaman yang menakutkan pasar.

Menambah tekanan pada pound sterling, data menunjukkan ekonomi sektor swasta Inggris bulan lalu mengalami kontraksi aktivitas paling tajam sejak penguncian COVID-19 awal tahun lalu.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya terakhir naik sekitar 1,0 persen. Pada Selasa (4/10/2022), indeks mengalami penurunan persentase harian terbesar sejak Maret 2020.

Keuntungan baru-baru ini untuk sebagian besar mata uang utama terhadap dolar telah didukung oleh harapan di antara investor dan pedagang bahwa Fed akan menaikkan suku bunga kurang dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Anda memiliki risiko umum di mana euro, sterling benar-benar diperdagangkan dengan baik dan pasar saham naik. Saya pikir ini hanya (investor) yang mengeksplorasi rentang perdagangan," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York.

"Intinya adalah pemantulan aset berisiko tidak terjadi karena perubahan pandangan Fed," katanya.

Pada Rabu (5/10/2022), laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pekerjaan swasta naik 208.000 pada September, di atas perkiraan konsensus 200.000 para ekonom yang disurvei oleh Reuters, sementara secara terpisah data PMI non-manufaktur Institute for Supply Management (ISM) datang sedikit di atas ekspektasi.

Juga, Gubernur Fed AS Philip Jefferson semalam menegaskan kembali bahwa inflasi adalah target utama bagi pembuat kebijakan dan bahwa pertumbuhan akan menderita dalam upaya untuk menurunkannya.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengambil garis yang lebih lembut dan mengatakan dampak dolar, yang naik tajam tahun ini, pada mata uang dan ekonomi lainnya menjadi perhatian.

Dari sini, investor kemungkinan akan fokus pada laporan pekerjaan AS Jumat (7/10/2022), kata Chandler dari Bannockburn, yang akan diawasi untuk petunjuk tentang kemungkinan lintasan kebijakan moneter Fed.

Dalam mata uang lain, dolar naik 0,2 persen terhadap yen Jepang, sementara dolar naik 0,4 persen pada 7,0676 terhadap yuan China. Pihak berwenang China telah keluar dalam beberapa pekan terakhir dengan manuver untuk memperlambat penurunan yuan.

Kenaikan suku bunga 50 basis poin kelima berturut-turut dari bank sentral Selandia Baru (RBNZ) pada Rabu (5/10/2022) mengingatkan investor bahwa inflasi tetap menjadi fokus utama bank sentral.

Dolar Selandia Baru terakhir naik 0,1 persen pada 0,5744 dolar AS, setelah melonjak sebanyak 1,3 persen di awal sesi. Dolar Aussie hampir datar di 0,6502 dolar AS.

Baca juga: Harga emas tergelincir 9,70 dolar tertekan penguatan "greenback"

Baca juga: Dolar lanjutkan penurunan karena pedagang melihat puncak suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022