Jakarta (ANTARA) - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) menyatakan bahwa Hari Museum Nasional 2022 yang jatuh pada tanggal 12 Oktober merupakan momentum untuk memperkuat edukasi sejarah bagi seluruh warga Indonesia.

“Museum itu dimaknai sebagai rumah belajar atau pusat belajar. Selain belajar di sekolah, Ki Hajar Dewantara pernah berkata, di manapun itu bisa jadi tempat pembelajaran, dan salah satunya adalah museum,” kata Ketua MGMP Sejarah SMK Provinsi DKI Jakarta Nurrahmah Mazria yang ditemui ANTARA usai Pameran Virtual Museum Kebangkitan Nasional 2022 di Jakarta, Senin.

Nurrahmah menekankan bahwa sebuah negara tidak dapat berdiri tanpa adanya sejarah perjuangan di masa lalu. Sehingga, sejarah tidak dapat dianggap sebagai hal yang remeh atau membosankan.

Baca juga: Menggairahkan kembali kunjungan ke museum melalui Harmusindo 2022

Dengan hadirnya museum, berbagai kisah perjuangan tokoh-tokoh perjuangan Indonesia dapat terkover dari berbagai sisi. Beberapa museum, bahkan mengemas kisah tersebut dengan cara yang sangat bagus dan diselaraskan dengan perkembangan teknologi dan kegemaran anak bangsa saat ini.

“Jangan menganggap sejarah membosankan, sudah masa lalu atau orang yang sudah lama meninggal masih saja dibahas bukan. Ingat, apa yang terjadi di masa depan, sebenarnya terjadi atas apa yang kita lakukan hari ini dan apa yang kita lakukan saat ini adalah dari masa lalu,” ucapnya.

Menurutnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Sikap tersebut dapat meminimalisasi terjadinya penghapusan suatu sejarah atau pembelokan sejarah menjadi sebuah hoaks ataupun kisah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Nurrahmah mencontohkan pengetahuan sejarah dan sikap nasionalisme membantu pengusaha untuk tidak memungkiri hati nuraninya, saat akan menjual suatu aset negara seperti penjualan pasir ke negara asing.

Pengetahuan sejarah Deklarasi Juanda yang menyatakan bahwa batas teritorial laut Indonesia sepanjang 12 mil diukur dari titik terluar pulau, akan membuat para pengusaha melihat kepentingan dan dampak lain dari berbagai sisi.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyarankan pemerintah untuk menjadikan sejarah sebagai mata kuliah wajib supaya sikap nasionalisme anak bangsa dapat diperkuat dan sejarah perjuangan bangsa dapat melekat dalam setiap diri insan bangsa untuk membangun Indonesia Maju.

“Coba bayangkan, kalau kita tidak ada sejarah atau tidak tahu sejarah, apa yang akan terjadi dengan negara ini? Jadi, mudah-mudahan sejarah jadi mata pelajaran wajib ya,” kata Nurrahmah yang juga bendahara Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) itu.

Baca juga: FPKS apresiasi diorama Resolusi Jihad masuk Museum 10 Nopember

Baca juga: Edukator museum harapkan anak muda di Indonesia tetap kunjungi museum


Ketua Kegiatan Pameran Virtual Pendar Cahaya Museum Kebangkitan Nasional, Swa Setyawan Adinegoro menambahkan Hari Museum Nasional 2022 harus digunakan sebagai waktu menjadikan museum sebagai rumah informasi bagi masyarakat.

Swa menjelaskan museum adalah sebuah tempat yang tidak hanya berisikan informasi sejarah saja, tetapi juga saksi hidup pembangunan bangsa melalui berbagai benda peninggalan di dalamnya.

Museum juga memuat banyak informasi tokoh nasional yang familiar untuk dikenal, namun kurang diketahui perjuangannya di masa lampau.

“Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami berharap hasil dari pameran yang kami kurasi atau sajikan ini, bisa menjadi ilmu baru bagi pengunjung,” ujar Swa.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022