Tujuannya untuk melengkapi ilmu yang diperoleh di sekolah dengan wawasan dan ilmu praktis
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan asal Prancis yang berfokus pada bidang elektrik Schneider Electric kembali menghadirkan sebuah program pendidikan dan juga pelatihan melalui ajang Electrical Education Program & Competition (EEPC) dengan menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

EEPC ini diharapkan dapat bisa memberikan pengetahuan dan juga ilmu baru bagi para siswa-siswi yang terlibat mengikuti rangkaian kegiatan ini, dan juga untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa depan.

Distribution Vice President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste M. Farhan Lucky mengungkapkan bahwa Internet of Things (IoT) dan Revolusi Industri 4.0 tengah membawa kita pada era Electricity 4.0. Era dimana listrik dan digital saling bergantung dan tidak lagi dapat dipisahkan satu sama lain. Pemanfaatan teknologi digital dikombinasikan dengan listrik akan semakin luas dan masif bahkan lintas sektor.

Baca juga: Schneider Electric pabrik percontohan pertama industri 4.0

"Transformasi pabrik pintar, kendaraan listrik, smart grid, bangunan pintar, smart hospital, energi baru terbarukan, dan masih banyak lagi adalah masa depan dunia yang akan membutuhkan tenaga ahli kelistrikan yang lebih terampil dan berwawasan luas lintas bidang ilmu," ungkap Farhan di Jakarta, Senin.

Pada kesempatan ini, sebanyak 7102 siswa-siswi dan sebanyak 103 guru dari SMK jurusan kelistrikan ikut serta dalam rangkaian ini, mulai dari pelatihan dan pembekalan secara online selama 3 minggu yang berlangsung pada 18 Agustus hingga 1 September 2022 lalu.

Pada tahun ini, Schneider Electric berfokus pada tema mempersiapkan para calon ahli listrik menghadapi era Electricity 4.0. Para peserta yang telah menyelesaikan seluruh webinar akan memperoleh sertifikasi EEPC dari Schneider Electric dan Kemendikbud Ristek.

"Pelatihan dan pembekalan pada program EEPC menekankan pada kemampuan problem solving, strategic thinking, analisa data, dan pengenalan pada pengoperasian berbagai software yang diterapkan industri saat ini. Tujuannya untuk melengkapi ilmu yang diperoleh di sekolah dengan wawasan dan ilmu praktis yang diterapkan di industri," kata dia.

Baca juga: Saham Schneider Electric melonjak ketika Bursa Prancis menguat

Kompetisi

Tidak hanya memberikan berbagai pelatihan melalui webinar, Schneider Electric Indonesia bersama dengan Kemendikbud Ristek juga menyelenggarakan kompetisi dengan tema "Pentingnya Keselamatan Kita dan Keluarga dengan Perangkat Arus Residual RCD".

Menurut Farhan, kejadian kebakaran yang diakibatkan oleh korsleting listrik atau masalah arus pendek listrik masih banyak terjadi di Indonesia, di DKI Jakarta saja menurut catatan Damkar hingga September 2022 ini tercatat 1.197 kasus dan penyebab utamanya kebanyakan akibat korsleting listrik atau masalah arus pendek listrik.

"Kompetisi EEPC kali ini, kami menyediakan platform bagi teman-teman SMK untuk mengeksplorasi ide kreatifnya untuk mencari solusi dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik," ucap Farhan.

Kompetisi EEPC ini diikuti oleh 1.446 peserta atau 541 grup dan menjadikan kompetisi kali ini sebagai Kompetisi Kelistrikan oleh Siswa SMK Terbanyak versi MURI.

Baca juga: Ragam teknologi Schneider untuk "smart home" masa kini

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Program, Data dan Informasi BBPPMPV BMTI, Kemendikbud Ristek Haryono mengatakan bahwa masa depan dunia akan semakin bergantung pada listrik.

"Sehingga penguatan kompetensi dasar seperti instalasi listrik, perangkat pengaman listrik seperti RCD, hingga pengenalan software semakin dibutuhkan terlebih sekarang ini peta perencanaan kelistrikan sebuah bangunan pintar semakin kompleks," kata Haryono.

Menurut dia, Schneider Electric sebagai produsen perangkat kelistrikan dan juga pelaku industri yang memiliki pengalaman dalam transformasi digital dapat memberikan perspektif menyeluruh akan inovasi-inovasi baru dalam solusi kelistrikan dan kompetensi ahli listrik yang dibutuhkan pelaku industri dalam mendukung transformasi digitalnya.

Sebagai informasi tambahan, ikatan hubungan Schneider Electric dengan lembaga pendidikan vokasi sudah terjalin sejak lama dan mencakup kerja sama dalam pembangunan fasilitas SMK, pengembangan kurikulum, dan pelatihan.

Schneider Electric juga secara aktif merekrut lulusan-lulusan vokasi untuk bekerja, dan memberikan kesempatan bagi lulusan perempuan untuk berkarir di perusahaan.

Baca juga: Pabrik pintar Schneider Electric targetkan emisi nol bersih pada 2025

Baca juga: 3 Indonesia gandeng Schneider Electric modernisasi tiga pusat data

Baca juga: Telkomsel gandeng Schneider Electric percepat adopsi 5G di industri

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022