Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran menteri untuk memperkuat resiliensi di tengah dinamika ekonomi global yang dipenuhi ketidakpastian

"Presiden minta perhatikan betul agar Indonesia tetap resiliensi, tetap mampu mengatasi perubahan dunia," kata Johnny setelah menghadiri Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa.

Johnny mengatakan kondisi ekonomi global saat ini serba tak pasti. Bahkan, disrupsi di berbagai bidang seperti rantai pasok pangan, gangguan produksi sektor energi dan gejolak arus finansial telah menimbulkan bahaya bagi negara-negara di dunia.

"(Indonesia) tetap mampu mengatasi perubahan dunia yang begitu luar biasa membahayakan," kata dia.

Johnny juga meminta semua pihak untuk menjaga stabilitas politik dan demokrasi di dalam negeri dengan baik. Hal itu dimaksudkan agar seluruh pihak dapat fokus terhadap hal-hal substantif untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.

"Kita urus hal-hal yang substantif, bukan hal yang remeh-temeh, yang substantif itu apa? yang sesuai UU, yang menjaga demokratisasi kita yang berkualitas," ujarnya.

Baca juga: Presiden Jokowi terima laporan Menkeu soal sulitnya ekonomi global

Baca juga: Sri Mulyani ajak profesi keuangan waspada di tengah tantangan global


Johnny mengaku enggan memusingkan suara dari sejumlah pihak yang memintanya mundur dari kabinet, setelah partai nya mencalonkan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024.

"Kalau tentang Pemilihan Umum Serentak 2024, apakah Pilpres atau Pemilihan Legislatif atau Pilkada, ikuti aturan saja dan diksi yang dipakai, diksi yang harus membesarkan hati dan menjadikan Pemilu adalah pesta demokrasi rakyat," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Presiden Jokowi juga memerintahkan jajaran menteri untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan karena tekanan krisis finansial global yang semakin tinggi. Bahkan, kata Airlangga, krisis ekonomi global saat ini dapat lebih besar dibanding krisis moneter pada 1998.

"Wujudnya lebih besar dari krisis di 1998, di mana krisis di 1998 itu di beberapa negara ASEAN, tentu bapak presiden juga mengingatkan untuk ambil kebijakan secara berhati-hati," tutur Airlangga.

Menurut Airlangga, saat ini ketahanan eksternal Indonesia cukup kuat. Nilai tukar rupiah memang mencatatkan depresiasi hingga enam persen. Namun, menurut dia, pergerakan rupiah masih lebih kuat dibanding mata uang negara-negara dengan lain.

"Relatif lebih tinggi dibanding negara lain, termasuk Kanada, Swiss, Thailand, Nepal juga termasuk Inggris sehingga relatif Indonesia lebih moderat dibandingkan beberapa negara lain," tutur dia.

Baca juga: Presiden serukan optimisme & waspada, 28 negara antre pertolongan IMF

Pemburukan situasi ekonomi global juga disampaikan Presiden Joko Widodo hari ini setelah menerima laporan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat. Presiden menyebut banyak negara yang mengajukan permohonan bantuan keuangan terhadap Dana Moneter Internasional (IMF).

"Tadi pagi saya mendapatkan telpon dari Menteri Keuangan dari Washington DC. Beliau menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai pasien IMF," kata Presiden saat membuka Kongres XII Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan Munas XI Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (Piveri) Tahun 2022.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022