Jakarta (ANTARA) - Peneliti senior dari Health Informatics Research Cluster (HIRC) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Kemal N. Siregar menyatakan bahwa adanya revolusi industri dan kemajuan teknologi telah mendorong terwujudnya pelayanan kesehatan society 5.0.

“Paradigma pelayanan kesehatan menjadi berubah. Dari pelayanan kesehatan society 4.0, sekarang kita mengenal pelayanan kesehatan society 5.0 di mana kita memanfaatkan industrial revolution 4.0,” kata Kemal dalam Webinar Smart Puskesmas Menuju Digitalisasi Layanan Kesehatan Primer yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Kemal menekankan bahwa pelayanan kesehatan society 5.0 terjadi karena adanya dukungan kesehatan digital, terutama pada layanan yang berfokus mengentaskan masalah kesehatan menggunakan Artificial Intelligence (AI).

Baca juga: Wamenkes: Layanan kesehatan digital bentuk penyelarasan Society 5.0

AI yang terlahir dari kemajuan teknologi dan adanya revolusi industri kemudian membawa layanan kesehatan di Indonesia berhasil mendeteksi penyakit lebih dini. AI turut mendorong kinerja upaya pencegahan bisa lebih ditingkatkan.

Menurut Kemal, layanan kesehatan society 5.0 terwujud karena adanya keterlibatan aktif secara langsung dari penerima manfaat pelayanan di fasilitas kesehatan. Layanan tersebut tidak lagi menunggu pasien untuk datang berobat.

Melainkan lebih aktif mendatangi penduduk yang masih sehat, sehingga cakupan deteksi dini pada kelompok-kelompok segala usia dapat melebar. Perubahan lain karena adanya layanan kesehatan society 5.0 juga dapat dirasakan dengan terciptanya personalized health care yg lebih personal.

“Kita selama ini mengenal primary health care, secondary health care. Dengan adanya teknologi digital ini, memungkinkan adanya personalize health care, di sinilah yang disebut dengan adanya active patient involvement,” ujar dia.

Baca juga: Menkes: Indonesia terus lakukan reformasi sistem kesehatan

Kemal menambahkan, selain revolusi industri dan kemajuan teknologi, perkembangan manusia turut mempengaruhi layanan kesehatan 5.0 itu. Kehidupan manusia yang berkembang dari kelompok berburu menjadi agrarian, sampai akhirnya menjadi masyarakat industri, pada masa kini berubah menjadi information society.

“Ke depannya kita sudah bisa memprediksi bahwa kita akan menghadapi yang kita sebut sebagai generasi emas ketika menaruh bonus demografi bisa jadi suatu society yang kreatif, bisa memanfaatkan teknologi 4.0 misalnya sehingga banyak hal bisa kita bangun, makanya sekarang kita fokus ke puskesmas,” katanya.

Dengan demikian, kata dia, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan timbal balik antara manusia dan teknologi. Hubungan tersebut mendorong transformasi layanan kesehatan primer yang didukung dengan transformasi teknologi atau pemanfaatan teknologi digital.

Baca juga: DPR RI: Kemenkes perkuat keamanan data layanan kesehatan

“Proses perubahan ini bukan hanya sekadar menggunakan, juga bukan berarti hanya sekadar digitalisasi. Tapi bagaimana agar proses kerja di puskesmas menjadi lebih efektif, menjadi lebih efisien dan coverage bisa dicapai dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022