Tokyo (ANTARA) - Toyota Motor Corp mengatakan pada Rabu bahwa pihaknya telah mulai merakit mobil di pabrik baru di Myanmar yang ditunda selama lebih dari 19 bulan setelah kudeta militer dan selama pandemi virus corona.

Pembuat mobil Jepang itu mengatakan pabriknya, yang dibuka bahkan ketika perusahaan lain telah menarik diri dari negara itu, telah mulai merakit satu atau dua truk Hilux per hari, bekerja dari kit suku cadang yang dikirim ke Myanmar pada September.

Perusahaan Jepang dan perusahaan multinasional lainnya menghadapi tekanan untuk menarik diri dari investasi di Myanmar yang dianggap menguntungkan militer.

"Kami percaya ini memenuhi niat awal kami untuk berkontribusi pada pengembangan industri Myanmar ... dan untuk mendukung kehidupan karyawan kami dan keluarga mereka," kata Toyota dalam sebuah pernyataan.

"Dalam keadaan ini, kami terus melakukan segala upaya untuk mematuhi semua hukum dan peraturan yang relevan."

Pabrik itu semula akan dibuka pada Februari 2021, bulan yang sama ketika militer merebut kekuasaan untuk menghentikan Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan mantan pemimpin Aung San Suu Kyi membentuk pemerintahan baru.

Human Rights Watch, sebuah kelompok advokasi terkemuka, menyerukan Toyota dan perusahaan lain yang ingin berinvestasi atau melanjutkan operasi di Myanmar untuk melakukan uji tuntas hak asasi manusia.

"Toyota tentu harus menahan diri dari melakukan bisnis dengan konglomerat milik militer Myanmar ... serta anak perusahaan mereka," kata Teppei Kasai, petugas program Asia organisasi tersebut.

Toyota mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa, menurut penelitian internal, bisnisnya di Myanmar tidak terkait langsung dengan perusahaan milik negara dan militer yang berafiliasi "dalam semua proses siklus pembuatan mobil."

Pada Juni, perusahaan minuman Jepang Kirin Holdings mengatakan akan menjual sahamnya di perusahaan patungan Myanmar dengan mitra lokal yang terkait dengan militer.

Pabrik Toyota berada di Zona Ekonomi Khusus Thilawa, pusat manufaktur dan logistik di luar pusat bisnis Yangon yang dibangun dengan investasi Jepang.

Keputusan Toyota untuk memulai produksi pertama kali dilaporkan oleh harian bisnis Nikkei.

Baca juga: Dukung NZE, Toyota siap produksi kendaraan berbasis energi terbarukan
Baca juga: Toyota sebut 296 ribu informasi pelanggan mungkin bocor
Baca juga: Toyota turunkan target produksi Oktober sebesar 6,3 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022