Masih harus terus waspada terhadap bencana hidrometeorologi
Purwokerto (ANTARA) - Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memrakirakan hujan lebat hingga ekstrem masih berpotensi terjadi baik di wilayah Jawa Tengah bagian selatan maupun pegunungan tengah Jateng sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.

"Prakiraan tersebut berdasarkan informasi dinamika atmosfer tanggal 13 Oktober 2022, indeks ENSO di Nino 3.4 masih menunjukkan angka minus 0,64, normalnya kurang lebih 0,5, sehingga signifikan terhadap peningkatan hujan di wilayah Indonesia," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.

Selain itu, kata dia, Dipole Mode Index (DMI) juga masih menunjukkan angka minus 0,57 atau jauh di bawah normal yang lebih kurang 0,4 sehingga suplai uap air dari wilayah Samudra Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat menjadi signifikan.

Dengan demikian, lanjut dia, aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat pun menjadi signifikan.

"Potensi terjadinya hujan lebat hingga ekstrem tersebut juga dipengaruhi oleh tipe Low yang terdapat di sebagian wilayah Sumatra bagian selatan, Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, dan Maluku Utara," katanya.

Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang sangat tinggi di laut selatan Jabar-DIY

Baca juga: BPBD: Lima warung di Pantai Widarapayung rusak akibat gelombang tinggi


Menurut dia, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh anomali suhu permukaan laut hingga saat ini masih berkisar 1-5,7 derajat Celcius sehingga ada potensi penguapan atau penambahan massa uap air di Laut Andaman, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Malaka, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Madura, Samudra Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya, Laut Flores, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Sulawesi, Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Seramm Laut Banda, Laut Sawu, Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Halmahera, Teluk Cendrawasih, dan Samudra Pasifik utara Papua.

Disinggung mengenai bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah Kabupaten Banyumas pada Kamis (13/10), Teguh menduga hal itu sebagai dampak dari hujan lebat hingga ekstrem yang mengguyur wilayah itu sejak Rabu (12/10) malam hingga Kamis.

"Berdasarkan pantauan data hujan tanggal 13 Oktober 2022 di Kabupaten Banyumas diketahui wilayah yang diguyur hujan dengan kategori lebat, antara lain Klapagading dengan curah 78 milimeter, Jatilawang 94 milimeter, Rawalo 96 milimeter, dan Kertadirjan 91 milimeter," katanya.

Ia mengatakan wilayah yang diguyur hujan sangat lebat di antaranya Kalijering dengan curah 137 milimeter, Banyumas PU 132 milimeter, dan Sumbang 103 milimeter.

Sementara untuk wilayah yang diguyur hujan ekstrem di antaranya Bendung Tajum dengan curah 175 milimeter, Gumelar 153 milimeter, Cikidang 157 milimeter, dan Ketenger Baturraden 155 milimeter.

"Ke depan masih harus terus waspada terhadap bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi," kata Teguh.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas menyatakan hujan yang terjadi pada Rabu (12/10) malam hingga Kamis (13/10) pagi mengakibatkan kejadian longsor di 65 lokasi dan banjir luapan di 10 lokasi. 

Baca juga: BMKG sebut curah hujan di Jawa Tengah bagian selatan mulai berkurang

Baca juga: BMKG: Tinggi gelombang laut selatan Jabar-DIY berpotensi capai 6 meter

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022