Palembang (ANTARA) - Musim hujan telah tiba. Musim  ini bagi sebagian kalangan, utamanya petani, sangat ditunggu-tunggu sebagai tanda awal musim tanam.,Tapi, siklus musim dari musim kemarau ini tidak jarang kehadirannya diikuti dengan bencana, yakni yang dinamakan bencana hidrometeorologi. Curah hujan tinggi yang tidak didukung sistem drainase  memadai, maka akan menyebabkan luapan, banjir. 

Banjir, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Meskipun banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir, tapi hujan merupakan faktor yang utama.

Memasuki musim hujan tahun ini, wilayah Sumatera Selatan telah mendapatkan curah hujan yang cukup merata, termasuk Kota Palembang. Berdasarkan prakiraan hujan pada  dasarian II Oktober 2022,  wilayah Provinsi Sumatera Selatan, curah hujan di daerah ini masih dalam kategori rendah (digambarkan dengan warna hijau}. Namun, dalam beberapa dasarian berikutnya, curah hujan daerah ini masuk dalam kategori menengah (digambarkan dengan warna kuning).

Kendati curah hujan masih dalam kategori rendah, tapi tetap harus diwaspadai. Sebab, setiap hujan lebat dengan durasi cukup lama maka sejumlah kawasan permukiman di  Kota Palembang banjir.

Contohnya, hujan lebat yang berlangsung beberapa jam pada Selasa (4/10) sore hingga malam hari, telah menyebbabkan sejumlah ruas jalan protokol dan beberapa kawasan permukiman penduduk di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu  tergenang air hujan hingga di atas 50 sentimeter.

Hujan lebat di Kota Palembang tersebut mengakibatkan drainase, kolam retensi, dan anak Sungai Musi meluap, menggenangi beberapa lokasi permukiman penduduk serta ruas jalan protokol.

Kawasan pemukiman penduduk yang tergenang di antaranya kawasan Sekip Bendung, Demang Lebar Daun, Dwikora, kawasan Jalan Simanjuntak dan Rawa Sari belakang kampus lama UIN Raden Fattah Palembang.

Sedangkan beberapa ruas jalan protokol yang tergenang banjir seperti di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Jalan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II KM 11, JalanJepang Kecamatan Alang-Alang Lebar, Jalan Kolonel Barlian,  Jalan Basuki Rahmad, Jalan R Sukamto, Jalan Demang Lebar Daun, dan Jalan Mayor Ruslan.

Banjir yang menggenangi beberapa kawasan permukiman, dan sejumlah ruas jalan protokol tersebut mengakibatkan arus lalu lintas mengalami kemacetan panjang, dan tidak sedikit kendaraan roda dua dan empat mogok, karena mesin kendaraan kemasukan air.

Ida, salah seorang warga kawasan permukiman Dwikora mengatakan, hujan yang turun cukup deras dan lama pada awal pekan Oktober 2022 itu menggenangi akses jalan menuju tempat tinggalnya dan rumahnya. Genangan air hujan tersebut biasa terjadi, namun baru kali ini sampai masuk ke dalam rumahnya.

Melihat kondisi ini, dia berharap kepada Wali Kota Palembang Harnojoyo melakukan  pengendalian banjir yang lebih baik, sehingga pada saat hujan lebat turun tidak menimbulkan genangan air di mana-mana.


Revitalisasi saluran air

Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, intensitas hujan pada Oktober 2022 hingga beberapa bulan ke depan cukup tinggi sehingga perlu berbagai antisipasi sebagai bagian dari mitigasi bencana, khususnya bencana hidrometeorologi.

Untuk mengantisipasi terjadinya genangan air hujan di sejumlah kawasan pemukiman penduduk dan jalan protokol yang tergolong rawan banjir,  Pemkot Palembang berupaya memperbaiki atau merevitalisasi saluran air, melakukan pengerukan sungai, dan gencar melakukan kegiatan gotong royong pembersihan lingkungan dari sampah dan tanaman liar. Selain itu, disiagakan tim yang sewaktu-waktu mengatasi genangan air di sejumlah daerah rawan banjir dan membantu masyarakat.

Jajaran Pemkot Palembang telah mengecek beberapa lokasi banjir dan rawan banjir untuk mencari solusi yang tepat agar masyarakat di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan terbebas dari bencana ketika  musim hujan tiba.

Lokasi rawan banjir yang dikunjungi  sejumlah pejabat jajaran Pemkot Palembang, baru-baru ini di antaranya kawasan permukiman di Jalan Residen Abdul Rojak, Kecamatan Kalidoni, Jalan R Soekamto, dan Jalan Pelita, Lorong Ali Akib, Kecamatan Kemuning. Lokasi tersebut mengalami banjir yang cukup parah akibat hujan lebat.

Berdasarkan pemantauan di lokasi tersebut, banjir disebabkan terdapat penyumbatan saluran drainase yang ada di kawasan tersebut.Untuk mengatasi masalah tersebut, diturunkan petugas dari dinas pekerjaan umum untuk membersihkan material yang menyumbat saluran air.

Selain membersihkan saluran drainase, Pemkot Palembang juga telah melakukan pembongkaran 235 rumah, warung, dan bangunan lainnya yang dikeluhkan masyarakat karena berada di atas saluran air dan menjadi salah satu penyebab banjir ketika turun hujan lebat.

Pembongkaran bangunan liar atau tanpa izin penyebab banjir di sejumlah kawasan permukiman penduduk dan jalan protokol tersebut berlangsung damai. Petugas lapangan sangat persuasif dan mengutamakan musyawarah dengan pemilik bangunan.

Tindakan tegas membongkar bangunan liar yang menutup saluran air/drainase tersebut adalah untuk kepentingan masyarakat banyak, yakni mengatasi terjadinya genangan air di sejumlah kawasan permukiman dan jalan protokol ketika hujan lebat turun dalam waktu cukup lama.

Berdasarkan evaluasi, pembongkaran bangunan liar itu cukup efektif mengurangi genangan air karena saluran air yang selama ini terhambat oleh bangunan kini menjadi lancar.

Melihat penertiban bangunan liar yang menutup saluran drainase cukup efektif, maka kegiatan tersebut akan terus dilakukan hingga dipastikan tidak ada lagi bangunan liar menjadi penyebab banjir.

Selain melakukan penertiban bangunan liar, Pemkot Palembang juga berupaya melakukan berbagai proyek pengendalian banjir untuk beberapa tahun ke depan seperti penambahan pompa di sejumlah titik rawan banjir, kolam retensi, dan melakukan normalisasi anak Sungai Musi.

Program lainnya,  meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, sungai, serta saluran air dari sampah dan benda lainnya yang dapat menyebabkan banjir.

Melalui upaya tersebut diharapkan permasalahan banjir atau timbulnya genangan air di sejumlah kawasan permukiman dan jalan protokol pada setiap hujan lebat turun bisa diminimalkan, bahkan sedapat mungkin dihilangkan.

Tim reaksi cepat

Selain mengurai permasalahan banjir, Pemerintah Kota Palembang juga berupaya menyiagakan tim reaksi cepat untuk membantu masyarakat mengatasi banjir atau genangan air sepanjang musim hujan 2022/2023.

Tm reaksi cepat yang beranggotakan gabungan organisasi perangkat daerah (OPD) dilengkapi dengan pompa jinjing dan peralatan pendukung lainnya ketika terjadi banjir pada awal Oktober ini telah turun bergerak dengan cepat membantu masyarakat menanggulangi banjir atau genangan air di sejumlah kawasan permukiman dan jalan protokol.

Tim reaksi cepat tersebut sewaktu-waktu siap ditugaskan turun ke kawasan permukiman penduduk atau ke lokasi banjir membantu masyarakat dan mengatasi penyebab terjadinya banjir atau genangan air hujan.

Dengan hadirnya tim reaksi cepat di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami banjir, diharapkan dapat meringankan beban penderitaan masyarakat serta mencegah timbulnya korban jiwa dan harta benda dalam jumlah besar.

Sementara itu, menghadapi tingginya intensitas hujan pada Oktober 2022 ini,  warga Kota Palembang yang berada di kawasan tergolong rawan banjir  diminta selalu waspada.

Tim reaksi cepat telah diinstruksikan melakukan pengawasan intensif sejumlah kawasan rawan banjir dengan mengecek permukaan air di beberapa saluran air ketika turun hujan lebat guna menentukan langkah-langkah penanggulangannya. Gotong royong warga kota untuk membersihkan saluran air, sungai, dan anak Sungai Musi dari sampah dan benda lainnya, juga terus digalakkan.

Melalui berbagai upaya pengendalian banjir tersebut serta adanya partisipasi aktif  masyarakat bergotong-royong membersihkan lingkungan, sungai, dan saluran air atau drainase dari sampah yang bisa menghambat aliran air, permasalahan banjir diharapkan bisa  ditangani dengan baik. Dengan demikian,  warga Kota Palembang tidak lagi merasa 'dihantui' dengan bencana banjir  di saat musim hujan tiba.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022