Jakarta (ANTARA) - Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) menyoroti pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengatasi isu perubahan iklim.

"Perubahan iklim tidak bisa hanya (dilakukan oleh) satu negara, tapi semua negara harus berkontribusi, terutama untuk menurunkan segera emisi gas rumah kaca," kata Sekretaris Eksekutif UNESCAP Armida Alisjahbana dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu isu utama dan perubahan cuaca secara ekstrem sudah terlihat di berbagai negara.

Dia menyebut kekeringan dan kebakaran di negara-negara Eropa, serta hujan ekstrem yang menyebabkan kebanjiran di Pakistan, sebagai contoh.

Perubahan iklim, kata Armida, tidak bisa diatasi oleh hanya satu negara, tetapi semua negara, terutama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Oleh karena itu, UNESCAP sangat berkepentingan memberikan rekomendasi aksi nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut, terutama kepada negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, kata dia.

Salah satu yang dia tekankan untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut adalah perlunya upaya mitigasi dan adaptasi.

Terkait mitigasi, kata dia, PBB dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong agar tidak ada lagi pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang baru. PBB juga mendorong pengurangan penggunaan energi berbahan bakar fosil dan mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT).

Menurut Armida, untuk mengurangi dampak perubahan iklim, UNESCAP mendorong negara-negara di Asia-Pasifik untuk berkomitmen mempercepat penurunan gas rumah kaca.

UNESCAP membantu negara-negara di Asia Pasifik untuk merencanakan transisi energi dari penggunaan energi berbahan bakar fosil ke EBT, katanya.

"Jadi kami membantu negara-negara tersebut dalam membuat rencana transisi energi 15 hingga 20 tahun ke depan supaya tercapai net zero pada 2050," kata Armida.

Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, kata di, UNESCAP juga mendorong peningkatan absorpsi dengan penghentian laju deforestasi dan penanaman pohon sehingga jumlah pohon yang ditanam lebih banyak daripada jumlah pohon yang ditebang.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya pelestarian hutan bakau agar dapat menyerap banyak gas rumah kaca dan menyorotinya perlunya upaya adaptasi oleh masyarakat.

"Jadi kita juga harus mempersiapkan masyarakat supaya siap, sehingga mereka tidak membabat hutan, dan juga mengurangi sampah," kata Armida.

Baca juga: Mendag apresiasi kontribusi UNESCAP sukseskan TIIMM G20
Baca juga: UNESCAP sebut fokus anggaran untuk kesehatan pendidikan dan perlinsos

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022