Denpasar, (ANTARA News) - Pemprop Bali melakukan berbagai upaya untuk konservasi sumberdaya air, antara lain penanganan limbah, termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) serta pencemaran dan kerusakan lingkungan. "Dalam mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan menerapkan teknologi "Waste Water Garden-WWG" dengan harapan dapat ditiru masyarakat, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Bali, Ir Ni Wayan Sudji, di Denpasar, Sabtu (15/4). Ketika tampil sebagai pembicara pada diskusi tentang Implementasi Hari Air Sedunia dan implikasi Undang-Undang Sumber Daya Air, ia mengatakan, pihaknya telah membangun sejumlah proyek percontohan WWG. Sejumlah hotel berbintang dan restoran di kawasan wisata Kuta, kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), perkampungan seniman Ubud dan Kintamani, Bali, mulai meniru dan menerapkan hasil ujicoba WWG tersebut. Proyek percontohan menggunakan sistem pembuatan bak penampungan air limbah, lahan di sekitarnya ditanami berbagai jenis tanaman lokal seperti sente, pohon enau maupun pohon jarak, keladi, kenyeri dan jenis tanaman lainnya yang mampu menyerap serta mengolah limbah secara alami. Proyek percontohan dibangun di pinggiran Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli dan Danau Beratan, Bedugul, Kabupaten Tabanan mampu memberikan dampak positif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Teknologi pengolahan limbah secara sederhana dengan biaya murah itu sedang dimasyarakatkan, dengan harapan bisa ditiru oleh masyarakat guna menetralisir limbah cair yang mengandung kimia, bekas pencelupan kain usaha garmen maupun limbah dari hotel. Pohon enau yang dulu banyak tumbuh di pinggir-pingir sungai atau kali di Bali secara alami mampu menetralisir pencemaran sehingga air yang mengalir selalu jernih. "Namun pohon itu semakin langka di Bali, padahal fungsinya cukup banyak bagi kehidupan masyarakat Bali, yakni daun enau muda untuk keperluan membuat penjor dan batang bagian dalam untuk bahan makanan ternak itik," ujar Wayan Sudji. Upaya lain yang telah dilakukan, penataan ruang, penghijauan dan penghutanan kembali sekitar Danau Batur, Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Beratan. Selain itu menggarap reboisasi hutan pada lahan seluas 700 hektar di kawasan Sumberkima Grokgak, Sukasada (Kabupaten Buleleng), Kintamani (Bangli), Kubu (Karangasem) dan Nusa Penida (Klungkung). Hal lain yang tidak kalah penting penanaman kawasan sekitar hutan lindung, konservasi perlindungan jurang dengan tanaman penghijauan serta pengelolaan daerah aliran sungai, sebagai upaya strategis mengendalikan erosi, kata Sudji.(*)

Copyright © ANTARA 2006