Jayapura (ANTARA News) - Keluarga Yunus Wanggai, salah seorang yang meminta suaka politik bersama 41 WNI asal Papua lainnya merasa tidak aman karena selalu diteror orang tak dikenal. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Provinsi Papua, Alberth Rumbekwan mengatakan kepada ANTARA News di Jayapura, Senin. Ia mengatakan, keluarga Yunus Wanggai yang beralamat di RT O3, Kelurahan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura selalu diteror dan diintimidasi orang tak dikenal. Para peneror dan penginditimidasi gelap itu mengontak melalui telpon rumah dan telpon seluler sehingga keluarga Yunus Wanggai merasa hidup tidak tenang dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Dikatakan, keluarga korban telah mengontak Komnas HAM agar memberikan perlindungan keamanan. Namun, Rumbekwan menambahkan menunggu kedatangan keluarga korban untuk mendengarkan penjelasan dan bukti-bukti yang lebih rinci untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya terutama melaporkan pengaduan itu kepada aparat kepolisian. Keluarga Yunus Wanggai juga mempertanyakan tindakan Nikolas Wanggai yang mengatasnamakan keluarga terdekat Yunus Wanggai yang kini melakukan negosiasi ke Jakarta menghadap Deplu bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar Yunus mengembalikan seorang putrinya yang baru berusia enam tahun ikut mencari suaka politik di Australia. Istri Yunus Wanggai, Siti Farida pun telah menghadap Penjabat Gubernur Papua, S Situmorang agar membantu menghubungi pejabat berkompeten di Jakarta agar memulangkan putrinya yang bersama ayahnya, Yunus Wanggai, dari Australia. Yunus Wanggai bersama 41 WNI asal Papua kini meminta suaka politik di Australia dan telah mendapat visa tinggal sementara selama tiga tahun di Australia. Para suaka politik itu dimotori Yunus Wanggai dan Herman Wanggai mulai dari Jayapura dengan pembelian sebuah mesin perahu menuju Serui, ibukota Kabupaten Yapen, sebuah pulau di Teluk Cenderawasih, Papua, dari situ menuju Pulau Kimaam, Kabupaten Merauke dan selanjutnya menyeberang ke Australia. Dari para peminta suaka politik itu, tercatat nama Ferdinanda Kambu, ibu rumah tangga yang menjadi buronan polisi di Polresta Jayapura karena melakukan penipuan berupa mengumpulkan dana sebesar Rp165 juta dengan alasan menghimpun keluarga Kristen melakukan ziarah rohani ke Betlehem dan Jerusalem. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006