Phnom Penh (ANTARA) - Patung kepala Asura berusia ratusan tahun yang terbuat dari batu pasir ditemukan di depan gerbang selatan kuil Angkor Thom di Angkor Wat atau Taman Arkeologi Angkor, Kamboja, demikian menurut rilis Otoritas Nasional APSARA (ANA), Kamis (20/10).

Asura merupakan sosok setengah dewa dan raksasa, menurut rilis tersebut. Asura dapat ditemukan dalam ajaran agama Hindu dan Buddha.

Chhouk Somala, kepala tim registrasi Departemen Konservasi Monumen dan Arkeologi Preventif ANA, mengatakan patung kepala Asura itu ditemukan pada Rabu (19/10) di lokasi bekas kios suvenir di depan gerbang selatan Angkor Thom.

"Pada awalnya, tim kami menggali sedalam 30 sampai 40 Cm dan menemukan tiga buah batu purba. Kemudian, batu-batu itu dicuci dan dirangkai menjadi kepala Asura," kata Somala.

Patung kepala Asura itu memiliki tinggi 60 Cm, lebar 65 Cm, dan tebal 59 Cm. Somala menambahkan bahwa patung bergaya Bayon itu dibuat bersamaan dengan Kuil Bayon pada masa pemerintahan Jayavarman VII pada akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13.

Saat ini, patung tersebut disimpan di Museum Preah Norodom Sihanouk-Angkor. Tim konservasi setempat akan terus mencari bagian tubuh asli dari patung tersebut, kata Somala.

Taman Arkeologi Angkor, yang terletak di Provinsi Siem Reap, Kamboja, memiliki luas 401 Km persegi dan terdaftar dalam Daftar Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 1992. Taman tersebut merupakan daerah tujuan wisata paling populer di Kamboja.

Sebelum pandemi COVID-19, taman kuno itu dikunjungi hingga 2,2 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Menurut Angkor Enterprise, kunjungan itu menghasilkan pendapatan kotor senilai 99 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.579) dari penjualan tiket yang dikelola negara.

ANA mengatakan wisatawan sudah mulai berdatangan ke situs Angkor setelah pandemi COVID-19 mereda.

"Ini merupakan pertanda bahwa pertumbuhan (kunjungan) wisatawan akan kembali normal setelah dua tahun tanpa adanya turis akibat pandemi COVID-19," demikian menurut ANA.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022