Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) harus merampingkan diri seraya tetap mengawasi dengan ketat bahaya keuangan global dan peningkatan suara dari negara-negara yang ekonominya sedang tumbuh, kata pimpinan IMF, Rodrigo Rato, Senin. Dalam "update" mengenai pengkajian utama kegiatan IMF yang dipimpinnya setelah menduduki jabatan pada 2004, Rato menentang bahwa IMF juga harus memiliki cara yang lebih "transparan" dalam memilih direktur pelaksananya. Laporan tersebut akan menjadi bahan perdebatan di antara 184 negara anggota IMF dan Bank Dunia pada pertemuan musim semi organisasi bersaudara itu di Washington pada akhir pekan ini. Laporan itu tidak menawarkan rekomendasi mengenai bagaimana meredistribusikan hak memilih untuk mencerminkan penyusutan dominasi Eropa dan AS, namun menyatakan harapan adanya kesepakatan dalam pertemuan tahunan kelompok bersaudara itu di Singapura pada September. Rato yang mantan Menteri Keuangan Spanyol, ditunjuk berdasarkan kesepakatan yang telah berusia puluhan tahun di mana Direktur Pelaksana IMF adalah orang Eropa, sementara Bank Dunia dipimpin oleh orang AS. Kesepakatan itu telah menjadi pertanyaan pada tahun-tahun belakangan ini berkaitan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia, telah mulai memainkan peran yang lebih besar dalam panggung dunia. Tanpa fokus yang baru, Rato mencatat, IMF berisiko "ditarik ke terlalu banyak arah dan kehilangan relevansinya kepada bagian besar keanggotaan." Serangkaian dana talangan yang besar kepada negara-negara yang menderita krisis likuiditas pada 1990-an menimbulkan adanya kerja lanjutan yang membuat IMF memasuki wilayah yang belum dipetakan, sebagaimana serangan 11 September 2001. Namun, kini IMF kehabisan kliennya setelah Brazil dan Argentina secara mengejutkan menghentikan program IMF mereka, dan menghadapi keluhan AS mengenai ketidakpeduliannya atas pertumbuhan ketidakseimbangan di seluruh dunia. Rato mengatakan IMF perlu memfokuskan kembali energinya dalam mengawasi bahaya yang tumbuh dalam sistem keuangan global. Ia menyebutkan pengawasan atas mata uang, dengan IMF berada di bawah tekanan dari AS, pemegang saham paling berpengaruh dan terbesarnya, untuk lebih bersikap tegas terhadap China. "Lebih banyak penekanan harus diberikan kepada hasil pengawasan -- seperti menilai konsistensi nilai tukar dan kebijakan ekonomi makro dengan stabilitas internasional dan nasional," kajiannya yang di-"update" mengatakan. IMF juga harus melaksanakan lebih banyak pengawasan atas kebijakan ekonomi anggotanya, dengan memberikan kajian tahunan yang komprehensif berdasarkan konsultasi "Article Four"-nya, di mana diperlukan dan memfokuskan lebih banyak kepada bahaya yang sedang timbul. Konsultasi itu harus dirampingkan, temuan mereka harus ditulis lebih baik, dan mereka juga harus melibatkan negara lain jika diperlukan untuk menjelaskan "implikasi kebijakan suatu negara kepada mitranya." "IMF secara unik ditempatkan untuk menyediakan fungsi-fungsi ini," kata Rato. Perlu komunikasi lebih baik Laporan itu menyoroti perlunya komunikasi yang lebih baik dari organisasi yang secara rutin dituduh memaksakan resep yang kontrovesial dan rahasia terhadap negara-negara yang sedang mengalami kesusahan. Konferensi pers harus sesuai dengan kajian "Article Four" dan staf IMF di suatu negara harus melakukan kerja yang lebih baik dalam mengkomunikasikan pemikiran IMF yang bermarkas di Washington kepada media di negara tersebut. "Pengawasan yang potensial tidak dapat direalisasikan hingga disadari bahwa konsultasi `Article Four` lebih dari hanya sebuah misi, laporan staf, ringkasan dan siaran pers," kata Rato. Mengenai perbaikan hak untuk memilih, pimpinan IMF itu mengatakan, "membuat kemajuan yang nyata dalam masalah ini akan krusial hingga pertemuan tahunan selanjutnya di Singapura." (*)

Copyright © ANTARA 2006