Jakarta (ANTARA) - Guru Besar IPB University Edi Santosa menyebutkan bahwa komitmen negara Republik Indonesia dalam memajukan sektor pangan beberapa tahun terakhir patut jadi contoh dunia internasional, khususnya negara anggota G20, untuk membangun ketahanan pangan.

"Yang paling penting adalah adanya komitmen pemerintah yang kuat terhadap keinginan untuk memajukan pangan, keinginan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Itu yang saya kira harus dicontoh (negara-negara G20)," kata Edi Santosa dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Sebelumnya, Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) berharap Indonesia yang didaulat menjadi Ketua G20 tahun ini mampu mengajak negara-negara anggota G20 untuk bekerja sama dalam mengatasi kerawanan pangan di dunia.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengajak negara-negara G20 untuk bersama-sama mengatasi krisis pangan. Syahrul mengatakan pangan adalah soal kemanusiaan yang tidak boleh dibatasi oleh kepentingan apa pun.

Menteri Syahrul mendorong semua negara G20 membuka jalur distribusi pangan secara terbuka. Seruan ini dilandasi oleh kecenderungan sejumlah negara eksportir pangan menempuh membatasi, bahkan menutup ekspor untuk mengamankan kepentingan domestik.

Menurut Edi Santosa, Indonesia ke depannya harus mengimbangi pembangunan ketahanan pangan itu dengan penguatan daya saing komoditas di pasar internasional. Bagi Edi, prestasi ketahanan pangan Indonesia yang baik di tengah kondisi global yang muram masih belum lengkap jadi contoh.

"Prestasi ketahanan pangan harus ada nilai plus lain, yaitu daya saing. Produksi tinggi saja tidak cukup. Kemudian bisa bertahan itu luar biasa. Tetapi untuk memberi contoh ke negara lain, harus ada sesuatu yang ditawarkan," kata Edi.

Meningkatnya daya saing, jelas Edi, akan mendorong kualitas komoditas pangan Indonesia. Produksi pangan membutuhkan sarana produksi yang mendukung agar bisa berhasil. Selain itu, produksi harus tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, dan tepat kualitas.

"Artinya ketika sudah didaulat sebagai leader (pemimpin) G20, tentu kita tidak mengatakan yang kita capai adalah the best," kata Edi.

Baca juga: FAO: G20 harus galang solidaritas bagi negara rentan kelaparan

Baca juga: Menkeu-Mentan G20 siap mitigasi risiko kerawanan pangan


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022