Jakarta (ANTARA) - Majelis rendah Parlemen Jerman (Bundestag) pada Jumat (21/10) menyetujui "payung pertahanan" untuk menangkal krisis energi dalam bentuk dana senilai 200 miliar euro (1 euro = Rp15.248).

"Ini adalah kabar baik bagi siapa pun yang melihat dengan prihatin biaya utilitas mereka, serta bagi perdagangan dan bisnis," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di Twitter.

Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF) Jerman yang dibentuk saat pandemi COVID-19 pada 2020, akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara.

Sejumlah langkah yang akan diambil dengan menggunakan dana tersebut meliputi pembatasan harga gas dan listrik, serta "bantuan untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan akibat krisis," menurut Bundestag.

Sebuah komisi ahli baru-baru ini mengusulkan model bertahap untuk penerapan "rem" harga gas. Sebagai langkah pertama, para pelanggan akan menerima bantuan sekali bayar untuk pemanas mereka pada Desember tahun ini.
 
   


Selanjutnya, rem harga gas dan pemanas akan berlaku setidaknya selama satu tahun mulai Maret 2023, membatasi 80 persen dari rata-rata konsumsi sebelumnya.

"Tantangan di musim dingin 2023/24 setidaknya akan sama besar dengan musim dingin saat ini," kata Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman awal pekan ini.   

Meskipun beberapa negara anggota Eropa termasuk Austria dan Prancis telah membatasi harga energi untuk beberapa periode waktu tertentu, beberapa negara yang secara finansial lebih lemah telah mengkritik rencana Jerman tersebut. "Kita tidak dapat berbeda jalan menurut ruang fiskal kita untuk melakukan manuver, kita membutuhkan solidaritas," kata Perdana Menteri Italia Mario Draghi yang akan selesai masa baktinya.

Namun, Scholz mengatakan bahwa anggaran 200 miliar euro untuk langkah-langkah tersebut sudah tepat, mengingat ukuran ekonomi Jerman. "Keputusan kami berada dalam kerangka kerja dari apa yang dilakukan negara-negara lain di Eropa."
 
   (Xinhua)


Dipicu oleh melonjaknya harga energi, inflasi di ekonomi terbesar di Eropa itu terus meningkat sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina.

Untuk meredam dampak inflasi yang tinggi pada konsumen dan ekonomi, Jerman sebelumnya telah memberikan paket bantuan senilai 95 miliar euro.

Sejumlah langkah itu meliputi dukungan keuangan jangka pendek untuk membayar tagihan pemanas selama musim dingin, serta peningkatan umum dalam pembayaran kesejahteraan.

Meskipun terdapat pengeluaran untuk bantuan inflasi tersebut, Jerman bertekad kembali ke anggaran berimbang tahun depan. Oleh karena itu, mereka akan menerapkan apa yang disebut rem utang, yang mencegah pinjaman baru untuk pertama kalinya sejak 2020.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022