Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, aktif melakukan mitigasi bencana lewat pengelolaan lingkungan berkelanjutan yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nagekeo dan elemen masyarakat.

"Untuk pengelolaan lingkungan berkelanjutan, BPBD menginisiasi Program Proklim atau Pro Iklim. Itu kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan lembaga swadaya masyarakat," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Nagekeo Marianus Dhaki Dae ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Ahad.

Proklim adalah program yang dikhususkan pada daerah lahan kritis. Mereka pun melakukan pengembangan pangan dan hortikultura, pengembangan ternak, dan pendampingan.

Selanjutnya mitigasi bencana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan berkelanjutan dilakukan dengan membuat kolam retensi, cakupan dan pencegah aliran permukaan di wilayah hulu.

Baca juga: Akademisi: Penentuan jalur evakuasi jadi bagian penting dalam mitigasi

Baca juga: BMKG: Waspadai bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi


Selain itu BPBD juga aktif melakukan penanaman mangrove (bakau) di wilayah pesisir pantai sejak tahun 2021.

Upaya pengurangan risiko bencana melalui pelestarian lingkungan merupakan hal penting yang harus diwariskan kepada generasi penerus. Dia mengatakan berbagai aksi tersebut merupakan wujud nyata komitmen BPBD untuk melestarikan lingkungan dan implementasi pengurangan risiko bencana.

Sembari melakukan program pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan itu, BPBD meningkatkan pemahaman dan tingkat kewaspadaan masyarakat melalui sosialisasi dan simulasi bencana.

Tujuannya tentu agar masyarakat bisa mengenali tanda bahaya, mampu menghindari bencana (evakuasi mandiri), dan melakukan pemulihan pasca bencana.

Tak lupa pula BPBD mendorong agar pemerintah desa segera mengaktifkan penggunaan dana desa untuk urusan penanganan bencana.

Kabupaten Nagekeo memiliki 612 titik potensi kejadian bencana yang tersebar menyeluruh pada 113 desa/kelurahan di tujuh kecamatan yang ada.

Dengan adanya prakiraan BMKG bahwa Provinsi NTT berada pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan yang menyebabkan sebagian wilayah NTT berpotensi hujan ringan hingga lebat disertai angin kencang dan petir, maka Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do pun menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi yang berlaku sejak 28 September 2022 sampai 31 Desember 2022.

Kepedulian terhadap lingkungan pun tetap menjadi hal yang utama dalam pencegahan bencana yang dianjurkan oleh Bupati Don.

Dia meminta seluruh elemen bekerja sama untuk membersihkan sampah di saluran atau selokan, memangkas cabang pohon atau dahan yang condong ke rumah atau jalan raya, serta memperbaiki atau memperkuat atap rumah yang rusak.*

Baca juga: Menteri LHK: Indonesia's folu net sink 2030 kuatkan pengelolaan hutan

Baca juga: APHI dan IFCC kerja sama promosikan standar pengelolaan hutan lestari

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022