Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyatakan, krisis pupuk yang terjadi di dalam negeri saat ini akan dibicarakan dalam Sidang Kabinet yang dipimpin secara langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Rabu 19 Maret 2006. Di hadapan para kepala dinas pertanian seluruh Indonesia pada acara Musyawarah Nasional Perencanaan Pembangunan Pertanian 2007 di Jakarta, Selasa dia menyatakan, persoalan pupuk yang terjadi saat ini sudah merupakan permasalahan nasional sehingga akan dibicarakan secara khusus. "Besok Presiden akan memimpin sendiri sidang kabinet yang membahas persoalan pupuk secara khusus," katanya didampingi seluruh pejabat eselon I di lingkup Departemen Pertanian. Sementara itu sebelumnya salah seorang perwakilan dari Provinsi Sulawesi Utara mengeluhkan hingga saat ini petani di daerahnya tidak pernah menikmati harga pupuk bersubsidi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp1.050 per kilogram karena hingga ke tingkat petani sarana produksi pertanian tersebut dijual Rp1.200/kg. Oleh karena itu, menanggapi rencana pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi pihaknya mendukung kebijakan tersebut dengan persyaratan harga sampai di petani benar-benar sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah. "Lebih baik harga pupuk Rp1.200/kg namun hingga ke petani benar-benar Rp1.200 jangan sampai harganya melambung melebihi ketentuan," katanya. Menyinggung produksi pangan nasional, Mentan menyatakan, jika daerah mampu meningkatkan produksi sebesar 5 persen dari saat ini sebagaimana diminta oleh Presiden beberapa waktu lalu pihaknya optimis Indonesia mampu mencapai swasembada pangan bahkan bisa mengekspor padi. "Kita mengharapkan kenaikan produksi bisa melebihi lima persen namun paling sedikit lima persen bisa tercapai. Dengan kenaikan sebesar itu Indonesia bisa mengekspor beras," katanya. Anton menyatakan, kenaikan produksi pangan tersebut tidak hanya ditujukan untuk padi namun juga tanaman pangan lain seperti jagung maupun kedelai sehingga nantinya tidak lagi tergantung pada impor.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006